Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Kenaikan harga ini berdampak pada biaya energi yang berkontribusi sekitar 30% pada biaya produksi.
Untuk itu, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ini akan berfokus pada inisiatif-inisiatif berorientasi pembangunan berkelanjutan, mulai dari aplikasi digitalisasi untuk operasional yang efisien, pemanfaatan bahan baku dan bahan bakar alternatif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan batubara, dan menurunkan emisi karbon.
Baca Juga: Harga Batubara Naik, Laba Bersih Bukit Asam (PTBA) Melonjak 231% Sepanjang 2021
Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, dampak kenaikan harga batubara terhadap emiten semen memang cukup besar. Sebab, biaya batubara bisa menyumbang sekitar 15% sampai 20% dari total biaya.
“Jadi semisal harga batubara naik 100%, harus ada kenaikan harga jual 10% sampai 16%, untuk menjaga margin,” terang Chandra, Sabtu (5/3). Jika emiten semen menaikkan harga di bawah rentang tersebut, Chandra menilai margin EBITDA-nya akan menurun.
Chandra menilai, selama krisis Rusia dan Ukraina masih berlangsung, harga batubara diperkirakan masih tetap tinggi. Chandra memasang sikap netral terhadap sektor semen. Untuk saat ini, dia belum merekomendasikan saham sektor semen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News