kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Harga batubara melonjak, margin emiten-emiten ini diproyeksi tertekan


Kamis, 16 September 2021 / 20:14 WIB
Harga batubara melonjak, margin emiten-emiten ini diproyeksi tertekan
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju harga batubara masih belum terhentikan. Harga batubara ICE Newcastle sudah berada di level US$ 176,55 per ton pada Rabu (15/9), yang merupakan harga tertinggi tahun ini. Harga ini sudah melesat 121,93% % dari harga akhir tahun 2020 di level US$ 79,55 per ton.

Kenaikan harga batubara ini menjadi momok tersendiri bagi sejumlah emiten yang menggunakan batubara sebagai sumber bahan bakar, sebut saja emiten tambang nikel seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan emiten semen seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR).

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, realisasi margin emiten pasti akan tergerus apabila tidak disertai dengan kenaikan harga jual. Untuk industri semen, Chandra menyebut eksposur terhadap batubara cukup tinggi, yakni berkontribusi sekitar 30-40% terhadap total biaya.

Chandra melanjutkan, sejumlah emiten semen seperti INTP menerapkan strategi penggunaan energi alternatif untuk meminimalkan kenaikan harga batubara. Meski demikian, penggunaan energi alternatif tersebut tidak sepenuhnya menggantikan batubara.

Baca Juga: Harga nikel kembali menguat, berikut rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO)

“Mungkin sekitar 5%-10% biaya (cost) yang mungkin disubstitusikan dengan batubara,” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9).

Untuk itu, emiten semen dinilai perlu mempertimbangkan kenaikan harga, yang mungkin sulit dilakukan karena industri semen saat ini masih dalam keadaan kelebihan pasokan (oversupply). “Maka jalan keluarnya adalah tidak menaikkan harga sehingga margin berkurang,” terang dia.

Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai, melajunya harga batubara global membawa kekhawatiran pada margin profitabilitas INTP. Meskipun Mimi menilai INTP dapat memitigasi kenaikan harga batubara dengan melakukan efisiensi biaya, tetap saja Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan menurun dari tahun lalu. 

Sebagai perbandingan, harga rata-rata batubara pada tahun 2020 relatif rendah, terutama pada kuartal III-2020 tahun lalu. Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merevisi perkiraan margin profitabilitas INTP.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham Matahari Putra Prima (MPPA) dari CGS CIMB Sekuritas

Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan berada di angka 34,6%, menurun dari margin tahun lalu di angka 36,1%. Mimi merekomendasikan beli saham INTP dengan target harga Rp 12.600.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×