Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara pada tahun depan diproyeksi mencapai sekitar US$ 125 per ton. Angka tersebut relatif lebih stabil dari pergerakan pada tahun ini, tetapi jauh lebih rendah jika dibandingkan dari rekor yang pernah dicapai pada 2021-2022.
Jumat (22/12), harga batubara kontrak Januari 2024 di ICE Futures turun 0,28% ke US$ 141,25 per ton. Dalam sepekan, harga batubara berjangka turun 1,05%. Sedangkan sejak awal tahun, harga batubara anjlok 45,66% dari posisi US$ 259,95 per ton di awal tahun.
Harga tertinggi batubara tahun ini berada di angka US$ 266,60 per ton yang tercatat pada 19 Januari 2023. Sedangkan harga terendah ada di US$ 126,35 per ton. Sedangkan harga rata-rata batubara tahun ini sebesar US$ 177,07 per ton.
Analis Mirae Asset, Rizkia Darmawan mengatakan pasar batubara pada tahun 2024 terbilang masih cukup positif dan bertumbuh, jika dilihat dari sisi produksi Indonesia yang masih cenderung meningkat. Harga batubara saat ini juga terbilang cukup baik yakni di atas US$ 100 per ton.
Baca Juga: Inilah Para Perempuan Terkaya di Indonesia, Asetnya Hingga Ratusan Triliun Rupiah
“Sehingga harga tersebut masih menguntungkan untuk para penambang. Ditambah, Australia yang ekspektasikan produksinya akan cenderung stagnan karena biaya royalti yang naik,” kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Jumat (22/12).
Rizkia memprediksi bahwa permintaan batubara di Indonesia masih tetap diminati China dan Jepang. Dengan demikian, pada 2024 tanah air masih akan tetap diuntungkan. Untuk itu, dia berharap permintaan batubara dari Vietnam juga turut naik pada tahun depan karena negara ini sedang membutuhkan tambahan suplai sebanyak 26 juta ton.
Lebih lanjut, dia melihat bahwa harga batubara Newcastle pada 2024 akan ada di atas US$ 100 per ton, dengan kisaran US$ 100 per ton—US$ 150 per ton dan base case scenario harga rata-rata 2024 di US$ 125 per ton.
Baca Juga: Tahun Depan Harga Batubara Masih Sulit Membara
Menurut dia, meskipun harga batubara pada 2024 jauh lebih kecil dibandingkan pada tahun ini dan diprediksi akan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di dalam negeri, namun harga batubara masih cukup baik karena tidak berada di bawah US$ 100 per ton.
"Jadi menurut saya harga tersebut masih cukup menguntungkan, meski harganya tidak sebesar di tahun lalu," kata dia.
Sementara untuk pasar batubara di dalam negeri masih wait and see terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Terlebih, pemerintah menetapkan kebijakan baru yakni skema baru pungut salur melalui mitra instansi pemerintah (MIP) batubara yang akan diujicobakan pada Januari 2024 mendatang.
"Tapi saya yakin kebijakan MIP batubara nantinya akan cenderung lebih menguntungkan untuk pemain domestik," kata Rizkia.
Baca Juga: Konflik Laut Merah Memanaskan Prospek Emiten Pelayaran
Sementara tu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan, harga batubara di tahun 2024 tidak akan relatif lebih besar dibandingkan pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi Geopolitik yang kemungkinan besar sudah mereda pada tahun depan, baik di Timur Tengah antara Hamas dan Israel.
Selain itu, China juga masih mengalami perlambatan ekonomi. Sehingga impor batubara dari China maupun India juga terus turun.
"Di sisi lain, tenaga listrik di India dan di Cina ini menggunakan batubara lokal yang membuat harga batubara di tahun 2024 kemungkinan besar itu akan lebih rendah dibandingkan tahun 2023," ujarnya.
Selain itu, dia mengatakan penurunan harga minyak dunia juga berdampak pada koreksi harga komoditas energi yang menjadi turunannya, yakni gas alam dan batubara. Apalagi, musim dingin di Eropa dan belahan bumi utara lainnya tidak sedingin biasanya karena musim panas yang ekstrem. Hal ini pun memengaruhi permintaan batubara dari negara-negara Eropa.
Ibrahim memprediksi, harga batubara hingga akhir tahun 2023 berpotensi lanjut terkoreksi hingga ke level US$ 135 per metrik ton. Sementara untuk tahun 2024, dia memproyeksi pergerakan harga batubara bakal berkisar di US$ 90-US$ 140 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News