kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hanya satu dari tiga emiten ayam yang direkomendasikan setelah serbuan impor Brasil


Minggu, 11 Agustus 2019 / 18:00 WIB
Hanya satu dari tiga emiten ayam yang direkomendasikan setelah serbuan impor Brasil
ILUSTRASI. Pekerja Memberi Pakan pada Ternak Ayam Potong


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga dari sepuluh top losers pada indeks Kompas100 berasal dari sektor poultry. Ketiga emiten ini adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), dan PT Jampfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

Saham JPFA turun 32,7% secara year-to-date (ytd) hingga ke level Rp 1.610 per saham, saham CPIN turun 32,18% ytd menyentuh level Rp 4.900 per saham, sementara harga saham MAIN rontok 27,6% ytd menjadi Rp 1.010 per saham.

Melansir RTI, selama seminggu ke belakang saham CPIN turun 3,45% dan saham MAIN turun 3,81%. Sementara saham JPFA masih menunjukkan kenaikan tipis 0,31%.

Baca Juga: Industri ayam perlu meningkatkan nilai tambah untuk menghadapi serbuan impor

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, turunnya harga ketiga saham emiten poultry ini akibat imbas masuknya ayam impor dari Brasil. Seperti diketahui, Organisasi Perdagangan Dunia atawa World Trade Organization (WTO) telah memenangkan gugatan Brasil terkait masalah impor ayam atas Indonesia.

Sengketa terkait ayam ini sebenarnya sudah diajukan Brasil sejak tahun 2014 kepada WTO. Dengan demikian, ayam dari negeri Samba tersebut dapat melenggang bebas masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Ancaman arus impor ayam Brasil mengintai, begini tanggapan Malindo Feedmill

Masuknya ayam impor dari Brasil ini berimbas pada meningkatnya pasokan ayam dalam negeri. “Pasokan meningkat dan membuat harga ayam turun,” ungkap Sukarno kepada Kontan.co.id (9/8).

Senada dengan Sukarno, Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony juga mengatakan rontoknya saham emiten sektor ternak diakibatkan oleh masuknya ayam impor dari Brasil. Padahal menurut Chris, JPFA, MAIN, dan CPIN sudah menunjukkan penguatan yang cukup signifikan tahun lalu.

“Tetapi tahun ini sektor ayam turun akibat harga jual ayam yang turun ditambah lagi Brasil dapat mengimpor ayam ke Indonesia membuat sektor ayam menjadi negatif,” terang Chris, Sabtu (10/8).

Baca Juga: Ancaman impor ayam Brasil mengintai, begini tanggapan pengusaha

Sukarno menilai,  ketiga saham emiten ternak ini belum menunjukkan sinyal yang jelas untuk transisi harga. “Belum ada sentimen positif yang bisa mendukung untuk naik,” jelas Sukarno.

Setidaknya, JPFA masih direkomendasikan Sukarno dengan syarat harga saham harus di atas Rp 1.585 per saham sebagai titik support-nya. “Karena takutnya baru technical rebound sesaat,” ujar Sukarno Kepada Kontan.co.id, Minggu (11/8).

Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) bukukan kenaikan pendapatan 26%, begini rekomendasi analis

Sementara untuk CPIN dan MAIN, Sukarno belum merekomendasikan kedua saham ini untuk dibeli oleh investor. Hal ini karena CPIN dan MAIN belum memberi sinyal atau tanda-tanda transisi kenaikan harga. “Karena tren nya sedang turun. Biasanya kalau sedang downtrend, harga naik sedikit tetapi turunnya lebih banyak,” sambungnya.

Oleh karena itu, Sukarno merekomendasikan investor untuk wait and see terhadap ketiga saham ini terutama CPIN dan MAIN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×