Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Prinsip investasi yang dianut Handaka Santosa, Chief Executive Officer (CEO) Senayan City, boleh dibilang sederhana: Don't put all eggs in one basket. Sedari muda, pria asal Solo itu menyadari betul selalu ada risiko disetiap investasi. Karena itulah, ia menghindari menaruh duitnya di satu instrumen investasi saja.
Ia lantas memilih beberapa instrumen investasi dengan profil risiko dan imbal hasil yang beragam. Yang pertama adalah properti. Sektor properti menjadi instrumen investasi utama pria lulusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro ini. Ia menganggap, berinvestasi di sektor properti dapat memberi keuntungan maksimal dari investasi yang ditanam.
Sebab, harga jual properti di Indonesia yang selalu berpotensi terus naik dari tahun ke tahun, menjadikan sektor ini cukup seksi untuk dipilih sebagai salah satu target investasi. "Ambil contoh, harga apartemen di Indonesia sekarang ini baru 1/7 dari Singapura. Sehingga potensi kenaikan harga jual apartemen di sini masih tinggi," ungkap Handaka.
Pria berkacamata ini lantas bercerita, pertama kali ber investasi properti ketika masih bekerja di Gajah Mada Plaza sekitar awal 1980. Kala itu, Handaka membeli dua unit rumah di bilangan Aries, Jakarta Barat (Jakbar) dan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Handaka tidak menjual kedua rumah itu sekitar 3-4 tahun. Setelah itu, ia lantas menjualnya. Meski tidak ingat pasti nilai penjualan maupun persentase keuntungan yang didapat, namun seingat dia, investasi di properti rata-rata memberikan untung sekitar 20%-30%. Sebagian besar dana investasi yang ia miliki di tanam di sektor ini. Sayang, Handaka enggan menyebut properti apa saja yang ia miliki saat ini.
Setidaknya Handaka memiliki tiga pertimbangan utama yang mendasari pemilihan properti sebagai instrumen investasi. Pertama, adalah lokasi. Faktor ini sangat penting guna mengukur prospek kenaikan harga jual tanah dan bangunan yang kita beli dalam jangka panjang.
Ia mencontohkan, harga jual properti di kawasan Jakarta Barat lebih prospektif untuk meningkat dibandingkan di Jakarta Timur atau Jakarta Selatan.
Kedua, aksesbilitas. Lokasi yang prospektif harus didukung oleh akses jalan yang mudah guna menjangkau properti yang kita beli.
Terakhir, tak kalah penting adalah rekam jejak pengembang properti. Ini penting untuk mengamankan kelanjutan investasi kita. "Pilih pengembang yang memiliki rekam jejak selalu bertanggungjawab untuk menyelesesaikan seluruh proyeknya," kata dia.
Investasi di emas
Selain properti, instrumen investasi lain yang menjadi pilihan Handaka adalah emas. Ini tidak terlepas dari pengalaman masa kecil ketika masih tinggal di Solo. Ia selalu melihat orangtuanya membeli emas.
Setelah beranjak dewasa, ia baru mengetahui kalau emas digunakan orangtuanya untuk berinvestasi. "Pengalaman orangtua itulah yang mempengaruhi saya untuk memilih emas emas," kata dia.
Selain properti dan emas, Handaka juga menaruh investasi di saham dan deposito. Namun, Handaka mengaku tidak terlalu aktif melakukan trading saham karena menganggapnya untuk investasi jangka panjang.
Meski dana investasinya tersebar di empat instrumen, Handaka mengaku menyisihkan dana investasi ketika seluruh kebutuhan rutin keluarga sudah terpenuhi. Alhasil, dia menggunakan dana menganggur untuk berinvestasi.
Itu pula yang membuat Handaka tidak pernah menetapkan jumlah gaji yang dialokasikan untuk investasi. "Harus dibikin santai dan tidak bikin pusing. Jumlah investasi tergantung rezeki yang didapat," ujar ayah dengan tiga anak ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News