kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Hadapi Momen Krusial, Ini Sentimen Penggerak Harga Bitcoin Pekan Depan


Rabu, 29 Januari 2025 / 17:10 WIB
Hadapi Momen Krusial, Ini Sentimen Penggerak Harga Bitcoin Pekan Depan
ILUSTRASI. Secara historis, bulan Februari cenderung ditutup dengan hasil positif selama lebih dari satu dekade terakhir. Rata-rata harga Bitcoin ditutup dengan kenaikan sebesar 15,66% sepanjang periode 2013-2024. Pada Februari 2024, BTC tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 43,55%. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kembalinya Presiden Trump ke Gedung Putih memberikan dorongan signifikan pada aset kripto dalam beberapa bulan terakhir. Bitcoin (BTC) berhasil melampaui US$100.000, setelah kemenangan Trump dalam pemilu.

Optimisme di pasar aset kripto tidak terlepas dari sosok Trump yang mendukung penuh industri kripto. Pekan lalu, Presiden AS ke-47 itu menandatangani perintah eksekutif yang membuka jalan bagi regulasi yang ramah industri dan penyediaan cadangan aset kripto nasional.

Walau demikian, ancaman bagi pasar kripto tetap ada. Baru-baru ini, pasar aset kripto global tengah menghadapi guncangan besar akibat kemunculan startup AI asal Tiongkok, DeepSeek.

Pada 27 Januari 2025, Bitcoin dan aset kripto utama lainnya mengalami tekanan besar, dengan likuidasi mencapai hampir US$1 miliar. Volatilitas yang terjadi ini memunculkan pertanyaan mengenai hubungan antara teknologi kecerdasan buatan yang berkembang pesat dan pengaruhnya terhadap ekosistem keuangan.

Bitcoin terpantau berada di zona merah di penghujung bulan Januari 2025. Pada Rabu (29/1), pukul 16.50 WIB, Bitcoin berada di kisaran posisi US$102,427 yang terkoreksi 0,32% dalam 24 jam dan turun 2,47% dalam 7 hari terakhir. Bitcoin belum mampu kembali ke level tertinggi di kisaran 109.664.

Baca Juga: Tahun Baru Imlek Membawa Harapan Baru bagi Perdagangan Bitcoin dan Kripto

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, pekan ini akan menandai penutupan bulan Januari sekaligus membawa pasar aset kripto memasuki bulan Februari. Secara historis, bulan Februari cenderung ditutup dengan hasil positif selama lebih dari satu dekade terakhir.

Berdasarkan data dari Coinglass, rata-rata harga Bitcoin ditutup dengan kenaikan sebesar 15,66% sepanjang periode 2013-2024. Pada Februari 2024, BTC tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 43,55%.

Panji melihat, ETF bitcoin masih menunjukkan arus masuk positif. ETF bitcoin spot di AS menutup pekan 21-24 Januari dengan arus masuk bersih mingguan sebesar US$1,76 miliar.

Blackrock’s IBIT mencatatkan kenaikan terbesar dengan arus masuk bersih mingguan sebesar US$1,32 miliar, menurut data dari SosoValue. Ini menandai pekan keempat berturut-turut arus masuk positif untuk ETF bitcoin pada 2025.

‘’Meskipun tindakan administrasi Trump terhadap aset digital belum memberikan dorongan harga dalam jangka pendek, dampaknya diharapkan terasa dalam beberapa minggu dan bulan mendatang melalui peningkatan arus aset institusional,’’ kata Panji dalam siaran pers, Selasa (28/1).

Panji menjelaskan, Trump menandatangani perintah eksekutif diperkirakan akan mendorong pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, sambil menerapkan kebijakan yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi melalui pengurangan pajak dan belanja infrastruktur.

Namun, perlu dicatat bahwa korelasi antara Bitcoin dan indeks keuangan tradisional seperti Nasdaq meningkat belakangan ini, menunjukkan bahwa faktor makroekonomi memainkan peran lebih besar dalam membentuk tren pasar aset kripto.

Baca Juga: Analis: Peluang Bitcoin Turun di Bawah US$75 Ribu Sebelum April Kurang dari 10%

Sentimen pekan depan

Adapun pekan ini bakal menjadi momen krusial bagi pasar aset kripto dengan dirilisnya data ekonomi utama dari AS, termasuk estimasi pertumbuhan PDB dan metrik inflasi. Data-data tersebut diperkirakan akan memengaruhi sentimen investor dan tren pasar kripto.

Pada Selasa, 28 Januari 2025, Amerika akan merilis data Consumer Confidence Index untuk memberikan memberikan wawasan mengenai sentimen dan tren belanja konsumen. Pembacaan yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menandakan aktivitas ekonomi yang kuat, sehingga mengalihkan investasi dari aset berisiko seperti aset kripto.

Sebaliknya, kepercayaan konsumen yang lebih lemah dapat mendukung kebijakan dovish dari the Fed, meningkatkan likuiditas dan menguntungkan Bitcoin sebagai alternatif penyimpan nilai.

Selanjutnya pada Rabu, 29 Januari 2025, akan dilangsungkan pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC). Pertemuan pertama di tahun 2025 akan menguraikan kebijakan moneter di bawah administrasi baru.

Baca Juga: Crypto.com Hapus Tether USDT dan 9 Token Lainnya di Eropa pada 31 Januari 2025

Menurut CME Fed Watch Tool, peluang sebesar 97,9% menunjukkan suku bunga acuan The Fed akan dipertahankan di kisaran 4,25%-4,50%. Isyarat pemotongan suku bunga dapat mendorong harga aset kripto dengan menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan likuiditas.

Pada Kamis, 30 Januari 2025, AS akan merilis estimasi pertumbuhan PDB kuartal IV-2024. Pertumbuhan PDB AS diperkirakan melambat menjadi 2,7% pada Q4 2024 dari 3,1% di Q3 2024.

Panji mengatakan, pembacaan yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga, memberikan tekanan pada pasar aset kripto. Sebaliknya, angka PDB yang lebih rendah dapat menjadi alasan untuk pelonggaran moneter, yang berpotensi mendukung aset kripto.

Terakhir, data inflasi PCE Inti AS akan dipublikasikan pada Jumat, 31 Januari 2025. Sebagai indikator inflasi pilihan Federal Reserve, laporan ini akan diawasi ketat untuk tanda-tanda tekanan inflasi.

‘’Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memperkuat dolar AS dan menekan harga Bitcoin, karena investor cenderung beralih ke aset berbasis dolar. Sebaliknya, angka inflasi yang lebih rendah dapat melemahkan dolar dan memberikan dorongan bagi aset kripto seperti Bitcoin,’’ pungkas Panji.

Selanjutnya: Coretax, Megaproyek Pajak yang Masih Tuai Keluhan Wajib Pajak

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Long Weekend sampai 2 Februari 2025, Es Krim Beli 2 Lebih Hemat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×