Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) stabil selama akhir pekan dan saat ini berada di sekitar US$ 63.000, usai pekan penuh volatilitas.
Pekan lalu dimulai dengan penurunan harga ke bawah US$ 58.000. Sementara volatilitas meningkat pertengahan minggu ketika Federal Reserve AS mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 0,5%. Setelah itu, harga BTC melonjak dari di bawah US$ 59.500 menjadi lebih dari US$ 64.000 pada hari Jumat, mencapai harga tertinggi dalam tiga minggu terakhir.
Adapun data dari Soso Value menunjukkan bahwa Bitcoin ETF mencatat arus masuk minggu sebesar US$397 juta periode perdagangan 16-20 September, menandakan adanya permintaan institusi yang masih meningkat.
Selain itu, raksasa investasi BlackRock dan perusahaan teknologi Microsoft berencana meluncurkan dana lebih dari US$ 30 miliar untuk berinvestasi dalam infrastruktur kecerdasan buatan (AI). Ini mendorong kenaikan altcoin berbasis AI pekan lalu seperti TAO dan FET dengan mencatat kenaikan terbesar, masing-masing naik 87% dan 30%.
Baca Juga: CEO Indodax Beberkan Penyebab Platformnya Direntas Hingga Merugi Rp 300 Miliar
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, kenaikan minggu lalu didorong oleh kebijakan agresif Federal Reserve (The Fed). Seperti diketahui, bank sentral AS menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps), dari kisaran 5,25%-5,5% menjadi 4,75%-5%.
"Kebijakan moneter yang lebih longgar ini juga diharapkan berdampak positif bagi aset kripto, terutama Bitcoin dengan suku bunga rendah, investor akan lebih tertarik pada aset-aset dengan imbal hasil tinggi seperti kripto,” ujar Panji dalam siaran pers, Selasa (24/9).
Mengutip Coinmarketcap, Selasa (24/9) pukul 16.40 WIB, BTC bergerak di sekitar US$63.594 turun 0,11% dalam 24 jam terakhir. Namun, Bitcoin masih naik 8,05% dalam tujuh hari terakhir dan kapitalisasi pasar BTC berada di US$ 1,25 triliun.
Dari sisi analisa teknikal, Ajaib Kripto mencermati bahwa harga Bitcoin berpotensi bergerak datar (sideways) di sekitar level US$ 60.000-US$ 65.000 pekan ini.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Sarankan Beli Aset Ini Sekarang atau Jadi Pecundang di Usia Tua
Sementara itu, Panji melihat, pekan ini akan dipenuhi dengan peristiwa ekonomi penting yang dapat mempengaruhi pasar. Para investor perlu waspada karena peristiwa-peristiwa tersebut berpotensi memengaruhi Bitcoin dan aset kripto lainnya.
Panji memaparkan, pada 24 September, laporan Consumer Confidence & Sentiment akan dirilis, yang mengukur optimisme atau pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Jika hasilnya positif, ini bisa mendorong belanja dan memberikan dampak baik bagi aset spekulatif seperti Bitcoin.
Pada 26 September, laporan PDB kuartal kedua yang diperbarui selanjutnya akan menjadi sorotan. Dengan prediksi pertumbuhan 2,8%, peningkatan ini bisa memperkuat kepercayaan pada ekonomi AS, yang juga dapat berdampak positif pada Bitcoin. Di hari yang sama, data klaim pengangguran mingguan juga akan dirilis dengan perkiraan naik menjadi 224 ribu.
Panji melanjutkan, pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, juga akan menjadi sorotan pada 26 September 2024. Setelah pemotongan suku bunga sebesar 0,5%, pernyataan Powell sangat dinanti pasar yang berpotensi memengaruhi sentimen pasar aset digital ini.
Baca Juga: Peretas Mengintai, Pedagang Aset Kripto Jangan Lengah!
Kemudian, pada 27 September, laporan inflasi PCE Inti akan dirilis. Jika inflasi lebih rendah dari yang diperkirakan, peluang pemotongan suku bunga lebih lanjut akan meningkat, yang bisa memberikan keuntungan bagi Bitcoin dan aset kripto lainnya.
"Kesimpulan dari rilisnya semua data ekonomi tersebut adalah bahwa hasil-hasil laporan tersebut berpotensi memberikan dampak signifikan pada pasar, termasuk Bitcoin dan aset kripto lainnya," imbuh Panji.
Panji menambahkan, jika laporan kepercayaan konsumen dan sentimen ekonomi menunjukkan peningkatan, serta data PDB dan klaim pengangguran memberikan sinyal positif, hal ini bisa memperkuat kepercayaan terhadap ekonomi AS dan mendorong investor untuk mencari aset spekulatif seperti Bitcoin.
Di sisi lain, pidato Jerome Powell dan laporan inflasi PCE Inti akan menjadi kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter berikutnya. Jika inflasi lebih rendah dari perkiraan, ada kemungkinan suku bunga akan dipotong lebih lanjut, yang umumnya dapat mendorong kenaikan harga aset kripto.
"Secara keseluruhan, volatilitas di pasar kripto bisa meningkat tergantung hasil dari data ekonomi yang dirilis sepanjang minggu," tandas Panji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News