kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Hadapi efek tapering, Schroders kurangi porsi saham teknologi di reksadana offshore


Kamis, 23 September 2021 / 18:24 WIB
Hadapi efek tapering, Schroders kurangi porsi saham teknologi di reksadana offshore
ILUSTRASI. Pasar keuangan negara maju akan lebih dulu menunjukkan pemulihan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian tengah melanda pasar global seiring adanya sentimen tapering, kasus Evergrande, serta bayang-bayang pandemi Covid-19. Kendati begitu, sentimen ini dinilai hanya bersifat jangka pendek dan tidak akan banyak memenegaruhi prospek reksadana offshore secara jangka panjang.

Investment Director Schroders Indonesia Irwanti menjelaskan, ketiga hal tersebut memang dapat mempengaruhi pergerakan pasar global. Namun, untuk pandemi Covid-19, Irwanti menilai selama keadaan masih terkontrol dan sistem layanan kesehatan negara-negara di dunia masih terjaga, seharusnya dampak dari pandemi ke pasar modal akan masih terjaga juga. 

Sementara mengenai tapering, dia menilai hal tersebut dapat memberikan efek kejut sementara ke pasar modal. Namun, langkah the Fed yang berupaya untuk mengomunikasikan rencana tapering dengan mulus dapat membuat dampak ke pasar modal juga lebih terkendali. 

Baca Juga: Antisipasi risiko rugi, BPJS Ketenagakerjaan jual tiga saham ini

Lalu kejadian Evergrande di China memang berpotensi berdampak sistemik ke pasar keuangan China. Tetapi Irwanti mengekspektasikan pemerintah China akan membantu bailout Evergrande untuk memitigasi risiko sistematik ke pasar keuangan China dan global. 

“Walau demikian investor akan harus terus memantau perkembangan seputar ketiga hal ini dalam beberapa bulan ke depan. Ketiga hal tersebut berpotensi menjadi noise dalam jangka pendek ini,” kata Irwanti kepada Kontan.co.id, Kamis (23/9).

Sementara secara jangka panjang, Irwanti melihat pasar saham global masih dalam arah pemulihan seiring dengan pemulihan dari pandemi Covid-19. Pasar negara maju akan lebih dulu menunjukkan pemulihan seiring dengan tingkat vaksinasi mereka yang lebih tinggi dan cepat dan emerging markets akan menyusul berikutnya.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap masih menarik di tengah rencana tapering

Dengan adanya potensi volatilitas jangka pendek ini, Irwanti mengaku alokasi sektor di Schroders akan disesuaikan dengan keadaan pasar terkini. Menurutnya, dalam waktu dekat sektor teknologi justru akan menghadapi volatilitas yang disebabkan oleh rencana tapering The Fed. Selain itu, sektor ini dalam jangka menengah juga akan terpengaruh oleh rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga yang paling cepat di tahun 2023. 

Dia menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan dapat menekan valuasi sektor teknologi yang sangat bergantung pada terminal value atau ekspektasi laba di masa depan. Melihat valuasi sektor teknologi yang sudah mahal, menurutnya, investor akan berpindah ke sektor growth yang lebih matang dengan laba yang lebih stabil. 

“Namun, sektor teknologi masih menawarkan potensi growth yang tinggi sehingga masih akan terus dilirik investor setelah isu pengetatan kebijakan moneter perbankan telah berlalu,” tutup Irwanti.

Baca Juga: Volatilitas jangka pendek jadi peluang untuk masuk ke reksadana offshore

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×