kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana pendapatan tetap masih menarik di tengah rencana tapering


Kamis, 23 September 2021 / 16:44 WIB
Reksadana pendapatan tetap masih menarik di tengah rencana tapering
ILUSTRASI. Federal Reserve mengatakan kemungkinan akan mulai tapering sebesar US$ 120 miliar di bulan November.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve mengatakan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan (tapering) sebesar US$ 120 miliar di bulan November, selama pertumbuhan pekerjaan AS hingga September cukup kuat.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan bahwa rencana tapering yang kemungkinan besar terjadi di akhir tahun tidak akan berpengaruh terhadap reksadana pendapatan tetap. Tapering yang dilaksanakan di akhir tahun ini sudah diantisipasi pasar.

“Tidak akan berpengaruh banyak karena tapering tersebut sudah di antisipasi pasar dan karena tapering berbeda dengan kenaikan Fed Rate,” kata Reza kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Hingga Agustus 2021, imbal hasil BPJS Ketenagakerjaan sentuh Rp 22,35 triliun

Dia juga melihat, bahwa angka pengangguran yang masih tinggi kemungkinan akan menahan The Fed untuk menaikkan suku bunga. Suku bunga dijaga tetap rendah agar inflasi tetap tertahan dan non-performing loan (NPL) tidak meledak.

Reza juga memperkirakan reksadana pendapatan tetap masih akan mencatatkan kinerja yang paling baik di tahun ini. Kinerja reksadana pendapatan tetap ditopang oleh stabilitas rupiah yang kuat dan suku bunga AS yang tidak bergerak.

“Masih flat-nya Fed Fund Rate yang akan membuat emerging markets menarik obligasinya terutama Indonesia,” kata Reza. Dia mengatakan, saat ini waktu yang tepat untuk masuk berinvestasi di reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap bagi yang mempunyai profil risiko agresif dan moderat.

Reza mengatakan, suku bunga Bank Indonesia yang masih rendah di angka 3,5% akan baik bagi roda ekonomi. Suku bunga rendah ini juga akan menyebabkan return pasar uang mengecil. Sedangkan Reza melihat, imbal hasil obligasi Indonesia tenor 10 tahun akan berada di angka 6,2%–6,4%.

Baca Juga: IHSG menguat 0,56% ke 6.142 pada Kamis (23/9), asing mencatat net buy besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×