kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gunung Raja Paksi (GGRP) menggulung laba dari baja


Jumat, 27 September 2019 / 14:32 WIB
Gunung Raja Paksi (GGRP) menggulung laba dari baja


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, tahun 2018 GGRP berhasil meningkatkan penjualan ekspor produknya ke Malaysia, Selandia Baru, Srilanka, Australia dan Vietnam sebanyak 42.000 ton.

Hingga saat ini, GGRP mengaku akan tetap fokus untuk membidik pasar dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini kapasitas baja nasional masih kurang untuk mencukupi kebutuhan baja. 

Kementerian Perindustrian memproyeksikan produksi baja nasional tahun ini mencapai 17 juta ton. Sementara itu, kebutuhan baja nasional diproyeksikan mencapai 15 juta ton.  

Sayangnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), periode Januari-Agustus 2019 nilai impor besi dan baja mencapai US$ 6,73 miliar atau setara 6,9% dari total nilai impor. Angka tersebut tumbuh 5,5% yoy. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi dari impor, bukan produksi dalam negeri.

Share ekspor itu kecil karena kebutuhan domestik kita kurang, masa ekspor. Jadi kita maintain ekspor 5% dari total revenue,” jelas pria yang akrab disapa Louis tersebut.

Lagi pula, pangsa pasar GGRP di dalam negeri juga belum besar. Louis mencatat dari total permintaan 15 juta ton, penjualan GGRP baru sekitar 1,2 juta ton. Sedangkan dari jumlah produksi domestik yang tercatat 7,4 juta ton, porsi GGRP hanya sekitar 16,22%. 

“Target ke depan, kami mengikuti kapasitas mesin yang ada, dan melihat market,” imbuh dia.

Baca Juga: Ini target kinerja Gunung Raja Paksi (GGRP) setelah resmi melantai di BEI

Untuk terus bertumbuh, GGRP mengatakan bahwa siklus bisnis baja mengikuti pertumbuhan ekonomi. Dengan, pertumbuhan ekonomi yang stagnan di kisaran 5,1%, maka pertumbuhan baja yang stabil adalah di kisaran 7%.

Sementara itu, kinerja keuangan GGRP di kuartal I-2019 tidak terlalu baik. Mereka membukukan penjualan neto yang menurun 15,18% yoy menjadi US$ 212,13 juta dari sebelumnya US$ 250, 10 juta. Hal itu juga berdampak pada EBITDA yang turun sampai 161% yoy dari sebelumnya US$ 34,79 juta pada Maret 2018 menjadi US$ 13,03 juta. 
Sementara, untuk laba 2019 GRP menargetkan sebesar US$ 26 juta.

“Ini imbas political campaign. Jokowi kan banyak menggunakan APBN ke infrastruktur, jadi kemarin market memang wait and see,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×