Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (19/9). Emiten baru berkode saham GGRP ini merupakan perusahaan baja yang bergerak di bidang industri peleburan dan penggilingan baja (furnace & steel rolling) di Indonesia.
Lantas, bagaimana target kinerja emiten baru ini setelah initial public offering (IPO)?
Presiden Direktur Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian memaparkan setelah IPO, perusahaan baja ini menargetkan laba di tahun ini mencapai US$ 26 juta, sedangkan untuk tahun 2020 naik sekitar 48% sebesar US$ 38,5 juta.
Alouisius juga menyatakan GGRP menargetkan penjualan tahun ini naik 3,3% daripada realisasi tahun lalu menjadi sekitar US$ 906,65 juta. Pihaknya positif bisa menjual hingga 1,2 juta ton. "Walaupun di kuartal-kuartal kemarin turun, tetapi secara kuantitas kami bisa mencapai," ujar Alouisius di Bursa Efek Indonesia, Kamis (19/9).
Baca Juga: Perdagangan hari perdana, saham Gunung Raja Paksi (GGRP) naik di tengah koreksi IHSG
Menurut dia, penyebab penjualan GGRP turun di kuartal satu karena tahun politik, pasar, dan infrastruktur yang sepi. Sementara, GGRP menargetkan tahun 2020 penjualan mencapai US$ 950 juta, naik 4,85%. Maka, target penjualan baja GGRP tahun depan naik sekitar 63.000 ton dibandingkan tahun ini sekitar 1,25 juta ton. Sehingga target total baja tahun depan mencapai 1,3 juta ton.
Sementara itu, Alouisius meyakini pendapatan penjualan GGRP di kuartal III 2019 bisa mencapai target. Sebab, berdasarkan data perolehan volume Gunung Raja Paksi bulan Juli-Agustus diperkirakan penjualan Gunung Raja Paksi menyentuh angka di atas 300.000 ton baja, naik dibandingkan kuartal pertama yang sekitar 200.000 ton. Sementara, nilai di kuartal III mendekati US$ 300 juta.
Berdasarkan data keuangan Gunung Raja Paksi per 31 Maret 2019, total penjualan emiten itu sebanyak US$ 212,13 juta. Laba yang tercatat sebesar US$ 302.910. Sementara, total aset yang dimiliki perusahaan ini mencapai US$ 1,09 miliar.
Baca Juga: Segera melantai di Bursa Efek Indonesia, berikut profil Gunung Raja Paksi
Alouisius memaparkan utamanya emiten yang masuk papan pengembangan BEI ini akan meningkatkan penjualan, khususnya penjualan untuk proyek besar. GGRP menjual produknya dengan membagi ke tiga pasar, yaitu ritel (direct buyer), distributor, dan proyek. Mengenai proyek, penjualan ditujukan untuk proyek infrastruktur atau konstruksi. Sebagai contoh proyek dari Pertamina dan PLN.
Alouisius optimistis penjualan akan naik seiring dengan pertumbuhan belanja infrastruktur pemerintah. Pihaknya melihat pertumbuhan belanja infrastruktur APBN dari tahun 2014 hingga 2018 naik 165% menjadi Rp 410,7 triliun. Sementara, belanja infrastruktur di APBN tahun ini sebesar Rp 415 triliun.
"Kami optimistis, karena pemakaian baja dalam proyek infrastruktur itu tinggi, di konstruksi membutuhkan 78%, otomotif 8%, dan industri lain 7%-14%. Jadi, peluang bisnis baja di Indonesia masih bagus," ujar Aloui.
Baca Juga: Tiga calon emiten akan IPO, sektor mana yang paling menarik?
Perusahaan juga berniat meningkatkan kinerja dengan menjaga kapasitas produksi baja. Salah satunya dengan revamping atau mengganti atau memperbaiki mesin yang ada. Sehingga kapasitas baja yang ada bisa bertambah dan waktu produksi juga jadi lebih cepat.
Sementara itu, pasar Gunung Raja Paksi juga tidak hanya domestik tetapi juga ekspor yang mencapai 90%. Negara-negara tujuan ekspor GGRP antara lain Filipina, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News