kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.450   -42,00   -0,26%
  • IDX 6.665   119,20   1,82%
  • KOMPAS100 951   16,29   1,74%
  • LQ45 748   15,90   2,17%
  • ISSI 208   3,64   1,78%
  • IDX30 390   8,22   2,16%
  • IDXHIDIV20 467   6,80   1,48%
  • IDX80 108   1,96   1,84%
  • IDXV30 111   0,63   0,57%
  • IDXQ30 128   2,31   1,84%

Gunung Raja Paksi (GGRP) menggulung laba dari baja


Jumat, 27 September 2019 / 14:32 WIB
Gunung Raja Paksi (GGRP) menggulung laba dari baja
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP)


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri peleburan dan penggilingan baja PT Gunung Raja Paksi Tbk resmi menjadi perusahaan milik publik, Kamis (19/9), pekan lalu. Perusahaan berkode saham GGRP ini memproduksi baja batangan, lembaran, dan gulungan. Adapun baja gulungan meliputi slab, billet, beam blank, bloom, serta turunannya yaitu hot rolled plate & coil. GGRP juga memproduksi baja profil seperti angle, WF, H-Beam, dan turunannya.

Perusahaan ini awalnya bernama PT Gunung Naga Mas yang didirikan pada tahun 1990. Satu tahun kemudian, baru dinamai PT Gunung Raja Paksi. Saat ini GGRP berkedudukan di Cikarang Barat, dengan kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton baja per tahun.

Usai melantai, emiten berkode saham GGRP ini membidik laba pada 2020 mencapai US$ 38,5 juta. Cukup agresif, angka tersebut naik 48% secara tahunan (yoy) dari target laba tahun ini yang ditetapkan US$ 26 juta.

Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Tbk Alouisius Maseimilian berani menetapkan target agresif tersebut karena dua hal yaitu kebutuhan baja masih akan terus tumbuh dan adanya efisiensi internal. GGRP memproyeksikan kebutuhan baja akan terus meningkat setiap tahunnya di kisaran 7%-9%. 

Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Targetkan Penjualan US$ 906,64 Juta

Sehingga tahun ini, diprediksi kebutuhan bisa mencapai 16,01 juta ton atau 61 kg per kapita, dari kebutuhan tahun 2018 yang mencapai 15,08 juta ton atau 57 kg per kapita.

“Jadi, pertumbuhan masih ada dan ke depannya masih akan tumbuh,” ujar dia.

Perusahaan yang berdiri pada tahun 1990 ini menargetkan bisa meningkatkan volume penjualan baja sebesar 3,3% menjadi 1,25 juta ton. Dengan proyeksi harga baja sekitar US$ 724 per ton, maka GGRP menargetkan pendapatan pada 2019 mencapai US$ 906,64 juta. Sementara itu untuk tahun 2020, dia menargetkan penerimaan bisa mencapai US$ 950 juta.

Berdasarkan data GGRP tahun 2018, mayoritas produksinya yakni sekitar 95,74% diserap oleh pasar dalam negeri. Adapun 60% penjualan dilakukan terhadap retail dan 40% untuk proyek. Adapun, pemerintah yang telah bemitra dengan GGRP antara lain Pertamina dan PLN. 

Di dalam negeri, penjualan produk GGRP untuk flat product berkisar 50% sedangkan long product mencapai 45%.

Sementara itu, sekitar 4,26% diserap oleh pasar ekspor atau sekitar US$ 40 juta dari US$ 860 juta. Negara-negara tujuan ekspor GGRP antara lain Filipina, Malaysia, Australia dan Amerika Serikat. 

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, tahun 2018 GGRP berhasil meningkatkan penjualan ekspor produknya ke Malaysia, Selandia Baru, Srilanka, Australia dan Vietnam sebanyak 42.000 ton.

Hingga saat ini, GGRP mengaku akan tetap fokus untuk membidik pasar dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini kapasitas baja nasional masih kurang untuk mencukupi kebutuhan baja. 

Kementerian Perindustrian memproyeksikan produksi baja nasional tahun ini mencapai 17 juta ton. Sementara itu, kebutuhan baja nasional diproyeksikan mencapai 15 juta ton.  

Sayangnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), periode Januari-Agustus 2019 nilai impor besi dan baja mencapai US$ 6,73 miliar atau setara 6,9% dari total nilai impor. Angka tersebut tumbuh 5,5% yoy. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi dari impor, bukan produksi dalam negeri.

Share ekspor itu kecil karena kebutuhan domestik kita kurang, masa ekspor. Jadi kita maintain ekspor 5% dari total revenue,” jelas pria yang akrab disapa Louis tersebut.

Lagi pula, pangsa pasar GGRP di dalam negeri juga belum besar. Louis mencatat dari total permintaan 15 juta ton, penjualan GGRP baru sekitar 1,2 juta ton. Sedangkan dari jumlah produksi domestik yang tercatat 7,4 juta ton, porsi GGRP hanya sekitar 16,22%. 

“Target ke depan, kami mengikuti kapasitas mesin yang ada, dan melihat market,” imbuh dia.

Baca Juga: Ini target kinerja Gunung Raja Paksi (GGRP) setelah resmi melantai di BEI

Untuk terus bertumbuh, GGRP mengatakan bahwa siklus bisnis baja mengikuti pertumbuhan ekonomi. Dengan, pertumbuhan ekonomi yang stagnan di kisaran 5,1%, maka pertumbuhan baja yang stabil adalah di kisaran 7%.

Sementara itu, kinerja keuangan GGRP di kuartal I-2019 tidak terlalu baik. Mereka membukukan penjualan neto yang menurun 15,18% yoy menjadi US$ 212,13 juta dari sebelumnya US$ 250, 10 juta. Hal itu juga berdampak pada EBITDA yang turun sampai 161% yoy dari sebelumnya US$ 34,79 juta pada Maret 2018 menjadi US$ 13,03 juta. 
Sementara, untuk laba 2019 GRP menargetkan sebesar US$ 26 juta.

“Ini imbas political campaign. Jokowi kan banyak menggunakan APBN ke infrastruktur, jadi kemarin market memang wait and see,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×