Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto
TANGERANG. Rugi bersih PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di tahun ini diproyeksikan menyusut bahkan bisa mencatat laba. Jika Februari 2014 lalu, rugi bersih GIAA mencapai US$ 151 juta. Pada periode yang sama di tahun ini, rugi bersih GIAA diklaim menyusut menjadi jutaan dollar AS saja.
Sayang, Ari Ashkara, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA enggan menyebut detail nilai kerugian Garuda. Dia hanya bilang, menyusutnya rugi bersih karena harga avtur turun. "Avtur mempengaruhi 12%-15% beban kami," ujar dia.
Selain itu, GIAA melakukan efisiensi biaya dan menggenjot pendapatan. GIAA juga berencana merestrukturisasi utang jatuh tempo di tahun depa sekitarn US$ 650 juta. Utang tersebut berbunga 4%-6%. "Reprofiling ini lebih ke tenor, term dan bunga yang kami negosiasi kembali," ujar Ari.
Caranya, GIAA akan menerbitkan sukuk global US$ 500 juta. Meski bunga lebih tinggi, GIAA akan mendapat kelonggaran tenor lima tahun. Namun jika pasar tak mendkung skenario ini, GIAA akan menggunakan pinjaman bank dengan tenor tujuh tahun. GIAA juga telah mendapat bridging loan US$ 400 juta dari bank asal Timur Tengah.
Sementara pendapatan GIAA diproyeksikan tumbuh 12%. Kenaikan pendapatan ini ditopang dari penambahan 15 pesawat yang terdiri dari lima unit wide body dan 10 unit narrow body. GIAA juga optimistis jumlah penumpangnya akan terus tumbuh di 2015.
GIAA menargetkan bisa mengangkut 25 juta penumpang di tahun ini. Angka tersebut naik 21,95% dari realisasi 2014 sebanyak 20,5 juta penumpang. "Target itu keseluruhan grup yakni Garuda Indonesia dan Citilink," ujar Ari. Peningkatan paling besar menurut dia akan terasa di semester II. Dimana kontribusinya mencapai 60%.
Sementara pada Februari adalah masa low season. Sehingga kontribusi terhadap target hanya 10%.
Jika semua target terwujud GIAA yakin bisa membukukan laba bersih di tahun ini. "GIAA sudah bisa mencatatkan untung di kuartal III-2015," harap Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News