Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap tahun depan bisa mengundang masuk 35 emiten baru. Target tersebut jauh lebih tinggi ketimbang realisasi tahun ini, yang hanya berkisar 19-20 emiten baru. Karena itulah, BEI pasang strategi demi meraih target jumlah emiten tahun depan.
Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan, BEI akan berkoordinasi dengan sekuritas yang memiliki bisnis penjamin emisi atau
underwriter untuk menjemput bola.
Dia mengatakan, beberapa underwriter sudah menyatakan optimistis bisa menggaet perusahaan yang berniat IPO tahun depan. BEI akan mendata, berapa target calon emiten yang dibidik underwriter.
"Kami juga akan aktif melakukan koordinasi terkait masalah administrasi. Jika butuh bantuan BEI untuk masuk dan bicara dengan perusahaan, kami bisa bantu," ujar Samsul, Jumat (18/12).
BEI juga akan banyak menggelar kegiatan atau acara khusus yang bisa menjembatani underwriter dengan perusahaan. "Jadi kami akan buat sisi supply dan demand bertemu," imbuh dia.
Samsul mengakui, sudah berbicara dengan beberapa sekuritas terkait calon emiten yang akan masuk bursa. Sekuritas yang sudah optimistis menjaring emiten baru di antaranya Kresna Securities dan Mandiri Sekuritas.
Mandiri akan menjadi penjamin emisi untuk anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan Ciputra Residence. Mandiri juga masih menargetkan penjaminan emisi IPO untuk beberapa perusahaan lain, misalnya dari sektor konsumer.
Direktur Utama PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) Michael Steven juga yakin bisa menjaring banyak emiten baru tahun depan. Setidaknya ada empat perusahaan yang sudah menunjuk Kresna Securities sebagai underwriter untuk IPO tahun depan.
Kresna akan menambah jumlah investor baru dengan menggenjot kantor cabang dan merangkul perusahaan lain agar bisa IPO. "Kami memiliki banyak cabang di berbagai kota besar dan dari situ bisa menjaring perusahaan untuk IPO," ujar Michael.
Salah satu perusahaan yang akan IPO adalah anak usaha KREN sendiri, yakni PT Kresna Life. Ia juga menyebut ada satu perusahaan e-commerce yang berencana IPO.
Samsul mengatakan, BEI tengah mengusulkan ke pemerintah maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), agar perusahaan yang hendak menggunakan dana perbankan dengan nilai besar, misalnya minimal Rp 500 miliar, bisa masuk bursa. Perusahaan terbuka pasti sudah memenuhi aturan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).
Samsul mencontohkan, jika perusahaan meminjam ke bank dalam jumlah besar, tentu akan ada keterbatasan, baik dari sisi aset maupun ekuitas. Sementara jika IPO, perusahaan bisa mudah memperbaiki profil utangnya.
Misalnya, sebagian utang dibayar ke bank dan sebagian lagi menjadi modal. Sehingga, jika butuh modal kerja, perusahaan lebih fleksibel untuk mencari pendanaan.
Bagi bank yang memberikan kredit, akan diuntungkan karena debitur sudah memiliki GCG yang terjamin. "Kalau ada peraturan itu, semakin banyak perusahaan yang menjadi perusahaan terbuka," ujar dia.
Harapannya, usulan ini bisa direalisasikan dalam bentuk imbauan atau aturan khusus.
Di kuartal I-2016, BEI sudah mengantongi empat nama calon emiten. Mereka adalah Mitra Pemuda, Bank Ganesha, Cikarang Listrindo dan Mahaka Radio Integra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News