kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fundamental ekonomi solid, kenaikan BI rate sebaiknya gradual


Kamis, 21 Juni 2018 / 20:33 WIB
Fundamental ekonomi solid, kenaikan BI rate sebaiknya gradual
ILUSTRASI. Teller menghitung uang rupiah


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali terperosok usai libur panjang Lebaran. Mengutip Bloomberg, Kamis (21/6) pukul 17.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 1,22% ke level Rp 14.102 per dollar AS.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, rupiah tak mampu membendung laju penguatan dollar AS dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut diindikasikan melalui indeks dollar AS yang telah menguat sekitar 2% pascakenaikan suku bunga acuan The Federal Reserves. Rupiah juga terpukul akibat ketidakpastian perang dagang antara AS dan China.

Josua menilai, jika rupiah terus terkoreksi sampai pekan depan, ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam Rapat Dewan Gubernur pada 27-28 Juni nanti. “Kenaikan BI Rate sebagai langkah preventif bisa saja terjadi, tapi BI juga akan lihat perkembangan pasar dahulu,” ujarnya, Kamis (21/6).

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih meyakini, BI bakal menaikkan lagi suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Sebab, BI sudah memberi sinyal terkait kenaikan tersebut. “Namun, BI mesti menaikkan suku bunga acuannya secara gradual karena fundamental Indonesia sebenarnya tidak buruk,” lanjutnya, hari ini.

Menurutnya, kebijakan BI dalam menaikan suku bunga acuan sebenarnya cukup dilematis. Di satu sisi, kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi obat penawar terhadap koreksi rupiah. Di sisi lain, jika suku bunga acuan tumbuh terlalu tinggi, hal itu akan berdampak pada stagnannya pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Konsekuensi kenaikan suku bunga acuan BI tentu tak bisa dihindari,” imbuh Lana.

Sebaliknya, analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra meragukan BI akan menaikan suku bunga acuannya sebagai respons pelemahan rupiah. Hal ini mengingat BI sudah mengerek suku bunga sebanyak dua kali dalam tempo yang relatif cepat.

The Fed sudah mengindikasikan akan menaikan suku bunga acuan AS dua kali lagi di bulan September dan Desember. “Kalaupun BI rate naik, mestinya tidak terjadi dalam waktu dekat,” katanya, hari ini.

Josua mengatakan, andai saja BI tidak menaikkan suku bunga acuannya saat RDG nanti, besar kemungkinan rupiah akan tetap berada di kisaran Rp 14.000 per dollar AS. Namun, ia yakin walau rupiah masih berada di level tersebut, pergerakan mata uang garuda tidak akan terlalu volatil. Hal ini disebabkan fundamental makroekonomi Indonesia masih cukup solid.

Buktinya, lembaga pemeringkat global S&P masih melabeli investment grade (-BBB) pada peringkat surat utang Indonesia. Obligasi Indonesia pun sudah masuk ke Bloomberg Barclays Index sejak awal Juni lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×