Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Kriteria lainnya, suatu saham harus aktif ditransaksikan dalam 60 hari. Hingga yang terakhir, komposisi foreign ownership restriction atau batas kepemilikan asing.
"Secara sentimen positif akan bersifat sementara atau jangka pendek karena saham-saham tersebut bisa masuk dalam indeks global," jelas Nico saat dihubungi Kontan.
Dia bilang biasanya investor institusi atau fund manager global akan cenderung mencermati kinerja fundamental dan potensi bisnis ketimbang kapitalisasi pasar suatu saham.
Nico mencontohkan, seperti ASSA walaupun masuk kategori macro cap tapi punya potensi bisnis dan sektornya bertumbuh. Hal seperti itu yang menjadi pertimbingan investor inistitusi.
Baca Juga: Prospek Saham-Saham Ini Dipoles Status Anggota Indeks Saham Global
Setali tiga uang, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai sentimen positif masuknya saham dalam negeri ke indeks global itu hanya bersifat sementara.
Jika dicermati saham Bursa Efek Indonesia (BEI) lebih banyak masuk ke kelompok small cap dan micro cap. Tidak ada satupun saham yang berhasil naik kelas atau masuk ke kelompok mid cap maupun large cap.
Meski begitu, Nafan menilai saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang mini lebih cenderung memiliki volatilitas transaksi yang tinggi. Momentum jangka pendek justru bisa dimanfaatkan para trader.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, Saham Emiten Semakin Oke
"Secara jangka pendek jika ada lonjakan diikuti kenaikan signifikan bisa dimanfaatkan untuk scalping. Namun untuk investor institusi biasanya akan melihat kinerja fundamental," ucap dia.
Nafan tidak memberikan rekomendasi terhadap saham penghuni baru di FTSE Global Equity Index Series tersebut. Sementara, untuk jangka panjang Nico menilai BUKA masih menarik untuk dicermati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News