Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa asal Inggris, Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell kembali mengocok ulang susunan penghuni FTSE Global Equity Index Series dalam semi-annual review September 2023.
Adapun Grup Bakrie berhasil memboyong empat entitas sahamnya ke dalam indeks global asal Inggris tersebut. Ada saham masuk kelompok small cap dan dua lagi di micro cap.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masuk kategori small cap. Lalu, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) masuk ke micro cap.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava, menyebut masuknya BUMI kembali ke indeks FTSE Global Equity merupakan perkembangan yang positif.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, Saham Emiten Semakin Oke
"Ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan para pemegang saham serta lebih banyak menarik investor institusi," kata dia kepada Kontan, Minggu (20/8).
Selain Grup Bakrie, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Mitra Aktif Perkasa Tbk (MAPA), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga masuk kategori small cap.
Kelompok micro cap malah kedatangan lebih banyak pendatang baru. Dengan memperhitungkan DEWA dan ENRG, ada 12 saham yang masuk dalam kategori kapitalisasi saham micro.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, Ini Strategi Bumi Resources (BUMI) Gaet Investor Global
Ada PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dan PT Hillcon Tbk (HILL).
Kemudian saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA).
Strategi Investasi
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan ada beberapa kriteria agar sebuah saham bisa masuk ke indeks FTSE Russell.
Mulai dari jumlah free float yang di atas 5%. Kemudian punya likuiditas yang tinggi. Untuk mengukur likuiditas, biasanya menggunakan median atas daily trading volume bulanan.
Kriteria lainnya, suatu saham harus aktif ditransaksikan dalam 60 hari. Hingga yang terakhir, komposisi foreign ownership restriction atau batas kepemilikan asing.
"Secara sentimen positif akan bersifat sementara atau jangka pendek karena saham-saham tersebut bisa masuk dalam indeks global," jelas Nico saat dihubungi Kontan.
Dia bilang biasanya investor institusi atau fund manager global akan cenderung mencermati kinerja fundamental dan potensi bisnis ketimbang kapitalisasi pasar suatu saham.
Nico mencontohkan, seperti ASSA walaupun masuk kategori macro cap tapi punya potensi bisnis dan sektornya bertumbuh. Hal seperti itu yang menjadi pertimbingan investor inistitusi.
Baca Juga: Prospek Saham-Saham Ini Dipoles Status Anggota Indeks Saham Global
Setali tiga uang, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai sentimen positif masuknya saham dalam negeri ke indeks global itu hanya bersifat sementara.
Jika dicermati saham Bursa Efek Indonesia (BEI) lebih banyak masuk ke kelompok small cap dan micro cap. Tidak ada satupun saham yang berhasil naik kelas atau masuk ke kelompok mid cap maupun large cap.
Meski begitu, Nafan menilai saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang mini lebih cenderung memiliki volatilitas transaksi yang tinggi. Momentum jangka pendek justru bisa dimanfaatkan para trader.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, Saham Emiten Semakin Oke
"Secara jangka pendek jika ada lonjakan diikuti kenaikan signifikan bisa dimanfaatkan untuk scalping. Namun untuk investor institusi biasanya akan melihat kinerja fundamental," ucap dia.
Nafan tidak memberikan rekomendasi terhadap saham penghuni baru di FTSE Global Equity Index Series tersebut. Sementara, untuk jangka panjang Nico menilai BUKA masih menarik untuk dicermati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News