Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menjadi indeks paling longsor sepanjang semester pertama, saham-saham di sektor energi dan barang baku (basic materials) tampak mulai bangkit di awal semester kedua 2023. Namun, pergerakan saham di kedua sektor ini masih dibayangi sejumlah sentimen.
Secara indeks, IDX Sector Energy turun paling dalam dibandingkan sektor lainnya., ambles 23,76% hingga penutupan perdagangan Juni. IDX basic materials membuntuti dengan penurunan 18,35%. Hingga perdagangan Rabu (12/7), gerak kedua sektor tersebut sudah lebih apik.
Penurunan IDX sector energy tersisa 19,24%, sedangkan pelemahan IDX basic materials menyusut jadi 14,73% secara year to date. Sejumlah saham di kedua sektor ini juga mampu berubah posisi dari sebelumnya tertinggal dan pemberat (laggard) menjadi pendorong indeks (leaders).
Saham-saham tambang batubara dan tambang mineral serta emiten migas menjadi penggerak sektor energi dan barang baku. Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan menyoroti saham sektor energi yang terpapar sentimen positif dari kenaikan harga komoditasnya.
Baca Juga: Investor Domestik Merajai Pasar Saham, IHSG Masih Lesu
Harga komoditas energi terdorong ekspektasi peningkatan demand. "Seiring peningkatan penggunaan pendingin ruangan memasuki musim panas, juga ada info beberapa anggota OPEC berencana mengurangi produksinya," kata Felix kepada Kontan.co.id, Rabu (12/7).
Research Analyst Reliance Sekuritas, Ayu Dian menambahkan, kenaikan sektor saham barang baku cenderung didorong oleh penguatan di industri seperti semen, kertas, dan nikel. Ada sejumlah katalis bagi emiten di industri tersebut.
Meliputi pengembangan industri kendaraan listrik, penjualan semen yang berpotensi meningkat, serta penjualan ekspor kertas yang berpeluang naik. Analis Henan Putihrai Sekuritas, Ezaridho Ibnutama menimpali, katalis dari dalam negeri bagi sektor barang baku juga berasal dari akselerasi proyek-proyek pembangunan pemerintah pada momentum tahun politik.
Selain itu, Ezaridho menyoroti perkembangan hilirisasi tambang yang akan menjadi katalis penting. Dampak dari tantangan negara Eropa dan IMF terhadap larangan ekspor mineral mentah Indonesia juga layak diperhatikan karena bakal mempengaruhi kepastian investasi.
Potensi Menguat Sesaat
Felix menyatakan pergerakan saham energi dan barang baku akan tergantung dari permintaan komoditas dan rilis data-data ekonomi makro negara-negara besar. Bisa jadi, momentum penguatan saham kedua sektor ini hanya berlangsung sesaat.
"Pembalikan (harga saham) tergantung dari harga komoditas yang bersangkutan, dan untuk tahun ini kita perlu melihat bagaimana indikator ekonomi makro lebih baik atau tidak," sebut Felix.
Baca Juga: IHSG Menguat Pada Rabu (12/7), Simak Proyeksinya untuk Perdagangan Kamis (13/7)
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Rio Febrian masih melihat prospek sektor barang baku dan energi, terutama saham batubara tidak semenarik tahun 2022. Hal ini tampak dari tren merosotnya harga komoditas sejak awal tahun 2023.
Rio melihat investor pun wait and see terhadap kinerja emiten energi dan barang baku periode kuartal II. "Mengingat harga komoditas yang relatif termoderasi dari awal tahun, sehingga emiten-emiten tersebut berpotensi mengalami penurunan kinerja," ungkapnya.
Research Analyst MNC Sekuritas, Alif Ihsanario sepakat, harga batubara sudah ternormalisasi dari high-base effect tahun lalu. Saat ini proxy bagi pergerakannya kembali pada permintaan dari China dan India, mengingat ekspor batubara Indonesia ke kedua negara itu mencakup sekitar 50% dari market share bulanan.
Alif memandang penambang batubara saat ini perlu menerapkan strategi yang sesuai untuk optimalisasi biaya operasional, peningkatan volume produksi dan diversifikasi untuk memenuhi aspek ESG. Dia pun menyematkan outlook yang netral bagi emiten batubara.
Sebagai rekomendasi, Alif menyarankan hold saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga (TP) masing-masing di Rp 26.100 dan Rp 2.900. Selanjutnya, buy saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan TP Rp 3.100.
Rio memprediksi harga komoditas berpotensi baru rebound pada kuartal IV-2023, menyusul potensi kebijakan moneter yang akomodatif, terutama di Amerika Serikat. Rio menyarankan wait and see pada saham ADRO dan ITMG.
Rio juga merekomendasikan wait and see pada saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Ezaridho melihat adanya peluang peningkatan demand energi dan komoditas pada semester kedua ini.
Dia pun menyarankan buy saham PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Sedangkan Ayu menjagokan saham semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan TP masing-masing Rp 7.400 dan Rp 10.350.
Bagi Felix, ada sejumlah saham energi dan barang baku yang menarik dikoleksi. Rekomendasi buy untuk saham MEDC (TP: Rp 1.315), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) (TP: Rp 1.900), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) (TP: Rp 4.000), ANTM (TP: Rp 2.800), dan INCO (TP: Rp 7.700).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News