Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
TBIG memiliki komitmen mempertahankan leverage, yang diukur dengan utang bersih/EBITDA tahunan kuartal terakhir, di bawah 5,0 kali. Sedangkan fund from operations (FFO) menyesuaikan 5,5 kali.
Fitch mengharapkan FFO menyesuaikan leverage bersih untuk tetap di bawah 5,75 kali. Sehingga memungkinkan TBIG akan memberi dividen kepada pemegang saham tahunan sebesar Rp 1,2 triliun-Rp 1,4 triliun pada 2020-2021.
TBIG juga memiliki likuiditas yang kuat karena berhasil mengumpulkan US$ 350 juta setara dengan Rp 5,6 triliun melalui penerbitan obligasi senior tanpa jaminan pada Januari 2020 yang memberi bunga 4,25%. Perusahaan ini juga menerbitkan obligasi Rp 1,5 triliun pada bulan Maret. Kedua obligasi dan komitmen fasilitas bank TBIG yang belum ditarik US$ 200 juta akan menutup utang jangka pendeknya sebesar Rp 2,2 triliun.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) akan lunasi utang jangka pendek Rp 4,5 triliun dari kas internal
Sementara SUPR memiliki utang US$ 303 juta pada akhir September 2019. Tetapi perusahaan ini telah melakukan lindung nilai atas semua pembayaran pokok dan bunga melalui pertukaran mata uang. "Kami memperkirakan persentase satu digit rendah dari pendapatan STP dalam dollar AS," tulis analis Fitch Rating dalam rilisnya.
Porsi utang jatuh tempo SUPR sebesar 76% pada 2023. Hanya sekitar 10% dari utang atau sekitar Rp 707 miliar jatuh tempo pada 2020 dan 2021.
Sementara Protelindo, anak usaha TOWR memiliki sekitar US$ 308 juta utang dalam mata uang asing. Dari total utang TOWR sebesar Rp 15,3 triliun sebesar 12% dalam dolar AS dan 16% dalam yen.
Baca Juga: Pendapatan Sarana Menara Nusantara (TOWR) naik 10% pada 2019
Risiko nilai tukar mata uang asing secara alami telah di hedging karena Protelindo, anak usaha TOWR mendapatkan sekitar 21% pendapatan dari PT Hutchison Indonesia dalam dollar AS dan memiliki uang tunai US$ 25 juta pada akhir Desember 2019. Utang dollar AS juga sepenuhnya ditanggung oleh pendapatan kontrak dari US$ 208 juta dari Hutchison yang akan diterima pada 2020-2024.
Risiko mata uang asing juga berkurang setelah TOWR membayar ¥ 13,3 miliar setara dengan US$ 120 juta obligasi pada Februari 2020. Anak usaha TOWR ini juga telah menandatangani kontrak lindung nilai US$ 25 juta untuk lindung nilai obligasi dolar AS. Sisa obligasi ¥ 5,7 miliar setara dengan Rp2,4 triliun dan US$ 138 juta masing-masing akan jatuh tempo pada 2022 dan 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News