Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan laporan keuangan 2019, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) memiliki utang jangka pendek sebesar Rp 4,51 triliun. Nilai kewajiban terbesar adalah berupa surat utang jangka pendek yang mencapai Rp 2,15 triliun.
Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), TBIG memang memiliki tiga obligasi jatuh tempo pada 2020. Pertama, Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap II Tahun 2017 senilai Rp 700 miliar yang jatuh tempo 21 April 2020.
Kedua, Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2019 sebesar Rp 750 miliar yang harus dilunasi pada 4 Juni 2020. Ketiga, Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2017 dengan jumlah pokok Rp 700 miliar yang jatuh tempo 19 September 2020.
Utang jangka pendek TBIG dengan nilai terbesar kedua adalah berupa beban yang masih harus dibayar, seperti biaya pembangunan menara telekomunikasi, beban bunga, karyawan, serta perbaikan dan pemeliharaan menara. Total nilainya mencapai Rp 1,17 triliun.
Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, sebagian dari kewajiban jangka pendek tersebut telah dilunasi menggunakan kas internal TBIG.
Begitu juga dengan utang lainnya yang akan jatuh tempo pada waktu mendatang. "Contohnya ada obligasi rupiah yang akan jatuh tempo minggu depan. Kami sudah siapkan dananya," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Memang, berdasarkan laporan keuangan TBIG 2019, nilai aset lancar TBIG adalah sebesar Rp 2,38 triliun. Beberapa diantaranya berasal dari kas setara kas, piutang usaha, serta pendapatan yang masih harus diterima.
Selain itu, kas bersih TBIG yang diperoleh dari aktivitas operasi sepanjang 2019 mencapai Rp 3,69 triliun. TBIG juga mempunyai saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1,55 triliun.
Helmy juga yakin, di tengah potensi pelemahan ekonomi akibat virus corona, kinerja bisnis TBIG akan tetap stabil. Pasalnya, pendapatan TBIG berasal dari kontrak jangka panjang selama sepuluh tahun dengan perusahaan operator telekomunikasi.
Menurut Helmy, kontrak tersebut tidak dapat dibatalkan. "Jadi, kami tidak ada penurunan pendapatan pada masa pandemi ini," ungkap Helmy.
Pada 2019, TBIG membukukan pendapatan Rp 4,7 triliun. Jumlah ini naik 8,81% dari pendapatan tahun 2018 yang sebesar Rp 4,32 triliun. TBIG juga berhasil membukukan kenaikan laba bersih 20,4% secara tahunan, dari Rp 680,58 miliar pada 2018 menjadi Rp 819,45 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News