Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah masih akan disetir eksternal. Dengan asumsi worse case, ruipah berpotensi bergerak ke Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual mengatakan bahwa nilai wajar rupiah memang kembali naik, kendati ekonomi Indonesia cukup solid. Perhitungannya, saat ini rupiah berada di rentang Rp 15.400 per dolar AS-Rp 15.800 per dolar AS, naik dari sebelumnya di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.
Menurut David, kenaikan nilai wajar rupiah seiring dengan menguatnya data-data ketenagakerjaan AS dan situasi geopolitik di Timur Tengah. Faktor-faktor tersebut diperkirakan masih akan berlanjut sehingga menahan penguatan rupiah lebih jauh.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.510 Per Dolar AS Hari Ini (16/10), Terkuat di Asia
David menerangkan, saat ini pasar khawatir the Fed memperlambat penurunan suku bunganya. Kedua, terkait geopolitik yang akan mempengaruhi harga minyak. Ketiga, stimulus ekonomi yang dikeluarkan China yang menyebabkan dana asing beralih ke pasar China.
Lanjut David, meski ekonomi domestik positif tetapi pasar Indonesia kecil dibandingkan China yang sangat besar. Lihat saja bobot MSCI China yang di atas 20%, sementara Indonesia di bawah 2%.
"Jadi bagaimana Indonesia menarik investasi portofolio karena dari sisi likuiditas di pasar modal perlu diperbaiki," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10).
Baca Juga: Bank Indonesia Pertahankan BI Rate 6% Pada Rapat Bulan Oktober 2024
Dus, masih terdapat sejumlah tantangan untuk menarik dana asing masuk ke dalam negeri dan mendorong penguatan rupiah. Di sisi lain, hari ini, Bank Indonesia (BI) juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 6%.
David berpandangan bahwa keputusan itu belum akan memberikan efek terhadap gerak nilai rupiah. Sebab, saat ini faktor penggeraknya murni dari eksternal dari kekhawatiran serangan Israel terhadap kilang minyak Iran, langkah pemangkasan suku bunga the Fed, dan agresivitas pemerintah China dalam memberikan stimulus ekonomi.
"Dengan asumsi ketiga hal itu terjadi, maka bisa saja rupiah ke Rp 16.000," imbuh David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News