kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Sentuh Rp 16.400, Sri Mulyani Sebut Ada Faktor Kekecewaan Pasar


Kamis, 27 Juni 2024 / 16:46 WIB
Rupiah Sentuh Rp 16.400, Sri Mulyani Sebut Ada Faktor Kekecewaan Pasar
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta (27/5/2024).


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa penyebab melemahnya Rupiah ini dikarenakan adanya kekecewaan pasar terhadap kebijakan suku bunga bank sentral AS  The Fed.

Mantan pejabat Bank Dunia ini menyebut, pada bulan Mei saja rupiah sudah mencapai level Rp 16.431 per dolar AS yang disebabkan oleh sentimen dari pasar keuangan global dan domestik.

Dari sisi pasar keuangan global, pelemahan ini dikarenakan semakin terkonfirmasinya bahwa suku bunga The Fed tidak akan mengalami penurunan seperti yang diharapkan pasar, yakni sebanyak empat hingga lima kali.

"Market dalam hal ini mengharapkan adanya penurunan empat hingga lima kali pada tahun ini, namun ternyata FFR masih mengalami posisi yang stabil di 5,5% dan tidak terjadi tanda-tanda bahwa mereka akan segera menurunkan," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Kamis (27/6).

Baca Juga: Berbalik Arah, Rupiah Spot Ditutup menguat ke Rp 16.406 Per Dolar AS Hari Ini (27/6)

"Bahkan mungkin yang paling optimis penurunannya hanya satu kali pada tahun ini. Ini yang menyebabkan ekspektasi market yang kecewa atau tidak tersampaikan," imbuhnya.

Hal tersebutlah yang menurut Menkeu menjadi salah satu penyebab menguatnya dolar AS sehingga Rupiah mengalami depresiasi.

Sri Mulyani menyebut, saat ini Rupiah mengalami depresiasi sebesar 6,58% secara year to date (ytd). Namun, ini masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Kita lihat seperti Brazil depresiasinya jauh lebih dalam, atau kalau anda sekarang baru mengikuti Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam bahkan pada levelnya sudah temperable dengan 1986," terang Menkeu.

Selanjutnya: Tengok Top Losers LQ45 saat IHSG Menguat pada Kamis (27/6), Cek MTEL, AMMN, dan INKP

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (28/6) Hujan Deras, Waspada Bencana di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×