kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.342   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.257   75,22   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   14,16   1,34%
  • LQ45 846   11,35   1,36%
  • ISSI 216   2,87   1,34%
  • IDX30 435   5,41   1,26%
  • IDXHIDIV20 521   8,47   1,65%
  • IDX80 122   1,65   1,36%
  • IDXV30 124   0,85   0,69%
  • IDXQ30 143   2,37   1,68%

Rupiah Masih Disetir Faktor Eksternal, Potensi Higher For Longer Jadi Ancaman


Jumat, 26 April 2024 / 18:40 WIB
Rupiah Masih Disetir Faktor Eksternal, Potensi Higher For Longer Jadi Ancaman
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Dollarasia Money Changer, Jakarta, Kamis (25/4/2024). ANTARA FOTO/Reno Esnir/nym.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih akan disetir oleh faktor eksternal. Hal itu seiring dolar Amerika Serikat (AS) tetap tangguh berkat permintaan yang meningkat dikala perang dan suku bunga tinggi yang lebih lama (higher for longer).

Pengamat Mata Uang Ariston Tjendra mengatakan, saat ini dolar masih menggiring pelemahan rupiah, baik itu dipengaruhi soal konflik maupun soal ekspektasi kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed.

Ditambah lagi, bulan-bulan dekat ini memasuki periode permintaan tinggi untuk repatriasi dividen maupun pembayaran utang luar negeri. Sehingga rupiah tidak serta merta bakal menguat, walau Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga jadi 6,25%.

Ariston mencermati, imbal hasil (yield) SUN tenor 1 tahun dan 10 tahun juga terlihat meningkat dalam 9 hari kerja terakhir. Kenaikan ini biasanya mencerminkan kondisi tekanan jual masih besar dengan pelaku pasar masih ramai tinggalkan Indonesia.

Baca Juga: Rupiah Menguat di Pekan Ini, Berkat Data Perdagangan yang Solid dan Intervensi BI

“Sentimen naiknya yield ini juga mengindikasikan bahwa rupiah tengah berada dalam tekanan,” ujar Ariston kepada Kontan.co.id, Jumat (26/4).

Ariston melihat, The Fed nampaknya sudah mengambil sikap tidak terburu-buru memangkas suku bunga acuannya seiring data inflasi yang belum kunjung turun ke 2%. Sehingga, waktu pemangkasan bunga acuan Fed kemungkinan mundur pada September atau tidak sama sekali, tergantung data inflasi.

Oleh karena itu, pasar akan selalu memantau data inflasi Amerika di antaranya CPI, PPI atau Core PCE Price Index. Menurut Ariston, apabila data PCE AS nanti malam terlihat tendensi menurun, maka ekspektasi suku bunga dipangkas bakal menguat dan dolar AS bisa tertekan. Sebaliknya, rupiah bakal menguat.

“Kalau kekhawatiran pasar terhadap eksternal mereda dan mungkin dari internal berhasil memperbaiki defisit current account menjadi surplus, maka rupiah bisa menguat lagi ke Rp 15.000 per dolar AS,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×