Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Minyak sawit atau crude palm oil (CPO) melesat ke level tertinggi lebih dari enam pekan. Reli CPO dipicu kekhawatiran badai di Amerika Serikat yang kemungkinan menunda penanaman kedelai, dan seiring aksi importir menambah pembelian minyak nabati.
Kontrak CPO untuk pengiriman Agustus di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,6% ke level RM 3.438 atau setara US$ 1.130 per metrik ton. Ini level tertingginya sejak 11 April. Kontrak ini mengakhiri sesi perdagangan pagi di RM 3.433 per metrik ton.
AccuWeather Inc. memproyeksi badai dari Iowa ke Ohio mungkin membawa sekitar 3,8 centimeter hujan, hari ini. Penanaman kedelai dan tanaman lainnya lebih lambat dari waktu normalnya pada saat hujan berlebih. Kedelai bisa hancur, dan mengangkat harga minyak sawit sebagai substitusinya.
Wakil presiden futures & option OSK Investment Bank Bhd. Ryan Long menyebut, ada kekhawatiran terhadap cuaca lagi. "Pasokan kelapa sawit masih banyak, sehingga mungkin membatasi kenaikan," ujarnya.
Menteri perkebunan & komoditas Malaysia Dompok Bernard mengatakan, produksi Malaysia akan meningkat menjadi 17,6 juta ton tahun, dari tahun lalu sejumlah 17 juta ton. Sementara, produksi global akan naik 6,6% menjadi 48,6 juta ton.
Sementara, Daiwa Capital Markets Pyari Menon menilai minimnya penurunan harga karena pulihnya panen sawit diimbangi permintaan yang kuat. "Kenaikan yang mengejutkan bisa berasal dari permintaan minyak nabati yang kuat, peningkatan penggunaan biodiesel, dan potensi kenaikan harga kedelai," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News