kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Euro kian menyudutkan posisi poundsterling


Senin, 27 Februari 2017 / 17:35 WIB
Euro kian menyudutkan posisi poundsterling


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Gejolak politik yang melanda Britania Raya sesaat jadi keuntungan yang berhasil mendongkrak nilai EUR/GBP di perdagangan hari ini. Mengutip Bloomberg, Senin (27/2) pukul 16.50 WIB pasangan EUR/GBP terbang 0,49% di level 0,8518 dibanding hari sebelumnya.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengungkapkan penguatan yang didulang EUR/GBP datang dari pelemahan signifikan yang dialami oleh poundsterling.

Setelah terselip sinyal Theresa May, Perdana Menteri Inggris berpotensi memberikan izin bagi Skotlandia untuk melaksanakan referendum pemisahan dirinya dari Britania Raya.“Ini berita terbaru dan mengguncang kondisi ekonomi dan geopolitik di Britania Raya,” ujar Putu.

Kesempatan itu pun dimanfaatkan euro untuk ungguli poundsterling yang tengah tersudut. Beban poundsterling semakin besar setelah minimnya rilis data ekonomi terbaru Inggris yang bisa menahan kejatuhan lebih dalam.

Ditambah lagi dengan dukungan data ekonomi yang cukup memuaskan. Mulai dari peredaran uang di Eropa Januari 2017 yang menurun dari 5,0% menjadi 4,9% serta data inflasi Spanyol yang bertahan di level 3,0%. Belum lagi pinjaman sektor bisnis private juga tumbuh dari 2,0% menjadi 2,2% ikut mendorong penguatan euro.

Putu memperkirakan pasangan EUR/GBP berpotensi lanjutkan penguatan. “Terutama jika data ekonomi Eropa benar dirilis positif seperti dugaan dan selama poundsterling dibalut ketidakpastian akibat rencana referendum Skotlandia,” ungkap Putu.

Memang peluang terjadinya referendum Skotlandia baru akan mungkin terjadi setelah proses pemisahan diri Britania Raya dan Eropa di mulai. Namun hal tersebut tetap memberi bayang negatif pada perekonomian Inggris ke depannya. Walau secara tren keduanya turut dibalut tren negatif mengingat Eropa juga akan menghadapi beberapa pemilu sekaligus hingga tengah 2017 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×