Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesona Bitcoin (BTC) tampaknya belum bisa digantikan dengan Ethereum (ETH) meskipun di awal tahun harga salah satu uang kripto tersebut sempat melejit. Bitcoin sempat meyentuh kisaran US$ 41.000 per btc di awal tahun. Saat ini harga bitcoin sudah berada di kisaran US$ 33.000 per btc.
CEO Triv.co.id Gabriel Rey menekankan bahwa ethereum tidak akan pernah menggantikan bitcoin lantaran fungsi dari dua uang kripto tersebut benar-benar berbeda. ETH tidak memiliki batasan koin seperti halnya dengan BTC.
Selain itu, akan bermasalah jika harga ETH terlalu tinggi, karena akan membuat deFI dan ekosistem smart contract lainnya akan terancam akibat besarnya biaya transaksi. "Lagipula, ethereum merupakan koin utilitas dan bukan store of value seperti bitcoin," kata Rey kepada Kontan.co.id, Senin (25/1).
Rey mengatakan pada bitcoin, arus inflow atau uang masuk dari institusi kepada bitcoin masih terus terjadi. Ditambah lagi, adanya proposal ETF (reksadana) yang jika dapat disetujui US Securities and Exchange Commission (SEC) tahun ini, bakal membuat triliunan uang masuk ke bitcoin.
Baca Juga: Ada 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia, simak daftar lengkapnya
Grayscale yang terus membeli bitcoin, juga tidak dapat dengan mudah menjual bitcoin karena ada lock periode selama enam bulan dan itu membutuhkan izin SEC. "Jadi, dana yang masuk ke bitcoin tahun ini isinya berasal dari investor-investor yang memang berencana berinvestasi bitoin di jangka panjang," ungkap dia.
Rey mengungkapkan, alasan harga ETH sempat melesat 7% lantaran langkah CME untuk bikin kontrak berjangka untuk ethereum, sehingga membuka aliran modal masuk dari institusi ke ETH. Alhasil, banyak dari spekulan yang berinvestasi di ethereum dengan harapan aliran dana ke uang kripto tersebut terus mengalir dari institusi.
Alasan lain yang membuat ETH sempat naik yakni terkait sikap Wall Street yang mulai memahami penggunaan deFI dan mulai bermain pada sektor tersebut. Dia juga menjelaskan, untuk menggunakan deFI dibutuhkan ethereum untuk biaya smart contract. Rey menekankan, bukti tersebut tampak dari grafik balance ethereum pada exchanger yang sempat mencapai titik terendah dan membuat harga ETH naik.
Ke depan, Rey menilai, selama bank sentral AS Federal Reserve mempertahankan kebijakan bunga rendah dan stimulus lain di 2021, seluruh instrumen investasi seperti bitcoin, saham, dan emas akan terus naik. "Itu karena, sudah tidak ada lagi tempat untuk parkir uang," tambah dia.
Baca Juga: Bappebti tetapkan 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan, berikut daftarnya
Ditambah lagi, jika ETF Bitcoin benar-benar dapat disetujui SEC dan direalisasikan tahun ini, maka harga bitcoin bisa tembus lebih tinggi. "Paling minim, bitcoin bisa menembus ke US$ 100.000 per btc, karena benar-benar akan menjadi pintu besar masuknya uang ke bitcoin," kata Rey.
Untuk itu, Rey masih merekomendasikan beli bitcoin di level saat ini, didukung data on chain dan aliran dana masuk ke bitcoin yang belum menunjukkan sinyal pelemahan. "Kalaupun ada dip (penurunan), floor level (level bawah) lsaat ini di US$ 28.000 per btc. Tapi kecil kemungkinannya, jadi untuk investor, cara paling baik tetap dollar cost averaging (cicil beli)," tandas dia.
CEO Indodax Oscar Darmawan mengungkapkan, kenaikan harga Ethereum memang terjadi karena adanya upgrade ke ethereum 2.0 secara bertahap. Ada sekitar 1,1% pasokan Ethereum yang dikunci atau tidak diedarkan di phase 0 pada akhir tahun lalu.
Nantinya, saat peluncuran phase 1, ada banyak jumlah ethereum yang akan dikunci lagi. "Ketidakpastian ekonomi tentu masih mendorong permintaan terhadap aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum," kata Oscar kepada Kontan.co.id, Senin (25/1).
Baca Juga: Harga Bitcoin merosot terdalam sejak Maret 2020, bagaimana prospek ke depan?
Meskipun begitu, Oscar menekankan Bitcoin masih menjadi aset kripto paling favorit, disusul Ethereum. Keduanya memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Ditambah lagi, meningkatnya pemahaman masyarakat akan aset kripto turut menjadi katalis positif bagi permintaan Ethereum.
"Karena kenaikan harga Ethereum sampai awal tahun ini lebih fantastis dari Bitcoin. Kenaikan bitcoin itu 400%, sedangkan Ethereum sekitar 10 kali lipat atau 1.000%," ujar Oscar.
Meskipun begitu, Oscar mengungkapkan bahwa kehadiran Ethereum tidak akan meredupkan pamor bitcoin. Ethereum dikembangkan oleh perusahaan Ethereum Foundation, berbeda dengan Bitcoin yang diciptakan secara misterius oleh Satoshi Nakamoto.
Adapun Ethereum Foundation memiliki lini bisnis menciptakan desentralisasi aplikasi di bawah jaringannya yang dinamakan ERC20. Sedangkan Bitcoin diciptakan sebagai aset store value, sekalipun orang-orang tidak lagi menggunakan bitcoin sebagai pembayaran karena biaya transfer cukup tinggi.
Baca Juga: Koreksi lagi, Bitcoin anjlok 5% dan kembali ke bawah US$ 30.000 pada hari ini (22/1)
"Jadi, secara utilitas, Bitcoin dan Ethereum memiliki perbedaan. Menurut kami, Bitcoin tetap akan jadi favorit karena bitcoin adalah satu-satunya aset di dunia yang memiliki jumlah pasokan yang pasti, yakni hanya 21 juta saja," kata Oscar.
Mengutip laporan JP Morgan, Oscar mengungkapkan kenaikan Bitcoin bisa menuju Rp 2 miliar per bitcoin. Sedangkan ramalan Citibank, disebutkan harga bisa menuju Rp 1 miliar per btc. Kedua perusahaan tersebut juga telah berinvestasi dan memiliki banyak Bitcoin.
"Seperti yang dituliskan Bloomberg, beberapa pekan lalu. Kenaikan fantastis pada tahun lalu, bisa saja terjadi lagi pada tahun ini, lantaran kedua aset kripto tersebut menjaga supply," tambah Oscar.
Ethereum akan mengunci lagi supply pada peluncuran phase 1 pada tahun ini. Phase 2 atau full ethereum 2.0 akan dilakukan pada 2022 atau 2023. Sedangkan bitcoin sudah membatasi pasokan pada tahun lalu saat halving day. Imbasnya akan terjadi pada tahun ini. Halving day membuat bitcoin mulai sulit didapatkan di mining zone.
Baca Juga: Platform bitcoin Triv luncurkan gadai kripto
"Selain faktor supply, begitu juga dengan demand. Perkembangan teknologi ethereum dan pemahaman tentang fundamental Bitcoin akan semakin menarik perhatian orang-orang," ujar Oscar.
Untuk itu, Oscar memprediksi permintaan terhadap Bitcoin dan Ethereum, begitu juga aset kripto lainnya bakal meningkat tahun ini. Faktor supply dan demand masih menjadi pengaruh yang kuat dan meningkatkan harga Ethereum dan Bitcoin.
"Baik Bitcoin dan Ethereum sama-sama baik untuk dimiliki. Keduanya memiliki utilitas atau fungsi yang berbeda-beda dan bagus untuk trading yang sifatnya jangka panjang," pungkas Oscar.
Baca Juga: Warren Buffett bilang, hindari aset ini karena mirip racun tikus!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News