Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga batubara membuat emiten tambang adu strategi untuk menyiasati pelemahan yang terjadi. Salah satunya dengan efisiensi dan memproduksi batubara berkalori tinggi yang memiliki harga jauh lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan batubara kalori rendah.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) salah satunya. Emiten grup Bakrie ini menargetkan untuk memproduksi batubara sebesar 88 juta ton-90 juta ton di tahun 2019. Rata-rata kalori yang dihasilkan berkisar 5.000 GAR.
Direktur PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava mengatakan, BUMI melalui anak usahanya yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) memproduksi batubara dengan tingkat kalori 4.700 GAR sampai 6.700 GAR sedangkan untuk PT Arutmin Indonesia 4.200 GAR sampai 6.300 GAR.
“Batubara kalori tinggi diprediksi akan sebesar 33% sedangkan untuk kalori rendah sebesar 67%,” ujar Dileep kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Menurutnya, BUMI akan menggenjot produksi batubara kalori tinggi di PT Arutmin Indonesia menjadi 7 juta ton-8 juta ton sepanjang tahun 2019. Angka tersebut naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2018.
Menurut Dileep, selain dari produksi batubara kalori tinggi, prioritas utama BUMI untuk meningkatkan laba adalah dengan melakukan pembayaran kembali utang atau restrukturisasi utang yang diprediksi bisa mencapai US$ 200 juta-US$ 250 juta tahun 2019. Juga meningkatkan produksi dari tahun sebelumnya yang hanya 83 juta ton.
“Secara simultan akan meningkatkan laba signifikan dan mengurangi beban bunga. BUMI berencana melakukan pembayaran kembali utang Tranche A sebesar US$ 600 juta pada Januari 2021. Sehingga BUMI bisa menekan beban bunga sebesar US$ 45 juta,” ujar Dileep.
Setali tiga uang, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga akan fokus untuk memproduksi batubara berkalori tinggi di tahun 2019 ini. Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk mengatakan salah satunya dengan peningkatan coking coal atau batubara kokas menjadi 1,5 juta ton tahun 2019, naik dari tahun 2018 sebesar 800.000 ton.
“Untuk thermal coal kami memang sudah kalori tinggi naik jadi 5,5 juta ton dari tahun lalu 4,7 juta ton. Dari trading batubara kami harapkan dapat mendapatkan 2 juta ton. Sehingga penjualan batubara kami tahun ini total bisa 9 juta ton, naik dari tahun lalu 7 juta ton,” ujar Sara kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Secara umum, Sara mengatakan sejatinya UNTR hanya memproduksi batubara dengan kalori menengah ke atas. Rata-rata kalori yang jual sekitar 5.800 GAR sampai 6.700 GAR. Sayang pihaknya enggan memberitahu harga jual rata-rata batubara UNTR.
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiasati gejolak harga batubara dengan meningkatkan produksi batubara berkalori tinggi. Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah mengatakan, untuk produk PTBA berdasarkan kalori paling rendah itu di sekitar 4.800 GAR, sedangkan untuk high cv ada di atas 6.100 GAR.
Menurutnya, dari sisi harga jual, high cv punya harga yang jauh lebih baik dibandingkan dengan low cv, sehingga margin penjualan tentunya akan lebih tinggi.
“Kuartal I-2019 ini kami sudah jual high cv sekitar 500.000 ton. Ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu yang secara full year kami jual hanya 700.000 ton. Tahun ini kami targetkan penjualan high cv bisa tembus 3,8 juta ton dengan pasar utamanya ke Jepang,” ujar Adib di Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News