kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten Semen Mulai Diselimuti Angin Segar, Simak Rekomendasi Sahamnya


Senin, 27 Juni 2022 / 17:01 WIB
Emiten Semen Mulai Diselimuti Angin Segar, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Pekerja menyusun semen yang akan di kirim ke pemesan di disturbutor semen, Jakarta, Senin 913/3). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/13/03/2017.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah diterpa sejumlah sentimen negatif, industri semen kini mulai kedatangan sejumlah sentimen yang bisa mengangkat kinerja.  Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas mengidentifikasi beberapa perkembangan positif di sektor semen.

Sentimen ini terutama datang dari potensi diberlakukannya beberapa peraturan untuk menopang industri secara keseluruhan, yang merupakan kombinasi dari lonjakan harga batubara dan masalah kelebihan pasokan atau oversupply.

Selain penerapan harga batubara domestic market obligation (DMO) US$ 90 per ton untuk industri semen, Naufal melihat skema price capping melalui rencana pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk mengatur pasokan batubara dalam negeri juga bisa berimbas baik bagi emiten semen.

Meskipun rencana awal skema ini hanya diperuntukkan kepada pembangkit listrik, dia melihat kebijakan ini dapat diperpanjang untuk industri semen. Dalam skema awal BLU, pembangkit listrik dan perusahaan semen akan membayar batubara dengan harga domestic price obligation (DPO) yang ditetapkan pemerintah, dan produsen batubara akan menjual batubara dengan harga pasar.

Baca Juga: Analis Rekomendasikan Saham Timah (TINS), Cermati Ulasannya

Nah, BLU akan menutupi kesenjangan harga melalui kontribusi yang dibayarkan oleh produsen batubara. Naufal memandang kebijakan ini lebih baik daripada hanya memberlakukan price cap.

Selain itu, potensi berlakunya rancangan undang-undang (RUU) Energi Baru Terbarukan (RUU EBT) diharapkan dapat meningkatkan persentase penjualan batubara DMO ke pembangkit listrik dan industri, dari yang saat ini 25% menjadi 30%.

“Melalui regulasi ini, kami berharap lebih banyak pemain semen memiliki peluang untuk mendapatkan batubara dengan harga yang dibatasi,” terang Naufal.

Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menilai, salah satu sentimen positif dari industry semen adalah realisasi dari pembangunan infrastruktur, yang kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun. Hal ini diharapkan bisa mengangkat permintaan semen.

Fauzan mengamini, saat ini pemenuhan batubara yang sesuai harga DMO memang sulit dicari oleh emiten seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Diuntungkan Pelemahan Rupiah, Simak Rekomendasi Sahamnya

“Untuk mendapatkan batubara yang sesuai harga DMO agak susah. Dan jika diperhatikan pada kuartal pertama kemarin level persediaan di pembangkit listrik sendiri agak rendah karena banyak yang cenderung diekspor,” terang Fauzan kepada Kontan.co.id, Senin (27/6).

Sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengamini, sampai dengan saat ini Indocement masih terus bernegosiasi dengan para vendor batubara untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan kebijakan DMO.

“Kami berharap pihak pemerintah terus melakukan pengawasan untuk memastikan semua pihak mendapatkan perlakukan yang sama dari harga DMO batubara ini,” terang Marcos kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).

 




TERBARU

[X]
×