Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasokan berlebih serta daya beli masyarakat yang rendah menjadi penekan harga jual produk emiten perunggasan (poultry) awal tahun ini. Tapi, harganya berpotensi kembali membaik mulai kuartal dua seiring datangnya bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menyatakan, kelebihan pasokan menjadi penyebab harga produk poultry melemah selama Februari 2017 lalu. "Harga jual live bird (di tingkat peternak) jatuh di bawah rata-rata biaya produksi," ungkap Mimi dalam riset yang terbit 30 Maret 2017 lalu.
Mimi mencatat, harga ayam hidup di tingkat peternak berkisar Rp 11.000-Rp 13.000 per kilogram (kg), jauh lebih rendah dari ongkos produksi yang mencapai Rp 17.000 per kg. Namun, dia bilang, dari diskusi dengan para pelaku industri, rendahnya harga jual unggas lebih disebabkan oleh penurunan permintaan karena ekonomi yang lambat selama kuartal I 2017. Jadi, bukan karena pasokan dari peternak yang kurang.
Ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran oleh Bank Indonesia (BI) yang menunjukan perlambatan daya beli di Januari. Perlambatan daya beli itu tercermin dari turunnya harga produk poultry seperti live bird.
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja juga menilai, penurunan harga unggas disebabkan kelebihan pasokan. Oleh sebab itu, pemerintah mewajibkan ketersediaan fasilitas pendingin (cold storage) bagi peternak besar.
Tak hanya masalah oversupply, sektor perunggasan juga dihantui adanya wabah flu burung yang bermula dari Amerika Serikat (AS) kemudian menyebar ke negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Ini pula yang menyebabkan ada larangan impor unggas dari negeri uak Sam.
Menurut Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia, wabah flu burung juga sudah masuk ke Indonesia. Di Jawa Barat ditemukan unggas yang positif flu burung. Namun, dampaknya masih terbatas.
Itu sebabnya, Johanes mengatakan, wabah flu burung di Indonesia tidak perlu dikhawatirkan. Pemerintah juga tidak perlu melakukan pemusnahan unggas yang bisa berdampak pada pengurangan pasokan. Langkah itu meskipun positif untuk harga unggas, negatif untuk permintaan, ungkap Johanes.