Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan nikel terafiliasi Grup Harita, yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mendirikan satu anak perusahaan baru bernama PT Karya Tambang Sentosa (KTS).
Anak usaha ini dibentuk NCKL bersama dua perusahaan independen dan tidak terafiliasi, yakni PT Intim Mining Sentosa dan PT Banyu Bumi Makmur. Perusahaan patungan tersebut didirikan pada Jumat (1/9).
Dalam perusahaan patungan ini, NCKL menggenggam 4.500 saham atau sebesar 36% dari modal dasar dengan nilai nominal Rp 450 juta. PT Intim Mining Sentosa memiliki 6.125 saham atau setara 49% dengan nilai saham Rp 612,5 juta. Sementara PT Banyu Bumi Makmur mengempit 1.875 saham Karya Tambang Sentosa dengan nilai saham Rp 187,5 juta atau setara 15%.
Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Fokus Kejar Target Produksi
“Pendirian perusahaan patungan ini bertujuan untuk pengembangan bisnis Trimegah Bangun Persada ke depannya,“ tulis Direktur Utama Trimegah Bangun Persada Ray Arman Arfandy dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Selasa (5/9).
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap masih mempertahankan rating buy saham NCKL, meskipun dengan target harga yang lebih rendah sebesar Rp 1.100 per saham (dari sebelumnya Rp 1.500 per saham). Pada perdagangan Selasa (5/9), saham NCKL ditutup naik 1,51% ke level Rp 1.010 per saham.
Baca Juga: Bikin Pabrik Stainless Steel, Trimegah Bangun (NCKL) Negosiasi dengan Calon Mitra
Juan merevisi perkiraan harga nikel menjadi tahun ini menjadi US$ 22.500 per ton dari sebelumnya US$ 23.500 per ton. Menurut Juan, melemahnya harga nikel dan turunannya disebabkan oleh kombinasi dari pemulihan ekonomi China yang lebih lambat dari yang diperkirakan, yang menyebabkan penurunan permintaan baja anti karat alias stainless steel. Pasar nikel juga dipengaruhi besarnya pasokan nikel menyusul lancarnya pembangunan pabrik pengolahan (smelter) nikel di Indonesia.
Sehingga, Juan menurunkan estimasi laba bersih NCKL pada 2023 dan 2024 masing-masing sebesar 32,1% dan 26,7% menjadi Rp 4,96 triliun dan Rp 7,93 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News