kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten-emiten ini punya ROE tinggi, mana yang layak dicermati?


Senin, 27 September 2021 / 17:07 WIB
Emiten-emiten ini punya ROE tinggi, mana yang layak dicermati?
ILUSTRASI. ROE merupakan rasio keuangan perusahaan yang digunakan untuk melihat profitabilitas.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu indikator perusahaan dalam menghasilkan laba yang baik adalah return on equity (ROE) yang besar. ROE merupakan rasio keuangan perusahaan yang digunakan untuk melihat profitabilitas perusahaan berdasarkan modal dibandingkan dengan equity/saham yang dimiliki, tanpa melihat faktor dari utang perusahaan.

Saat ini, sejumlah emiten tercatat memiliki ROE yang cukup tinggi, bahkan ada yang di atas 100%. Mengutip data RTI, saat ini rasio ROE tertinggi dipegang oleh PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) dengan angka 1.144%, disusul oleh PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU) dengan ROE 354,06%.

Sejumlah emiten penghuni Indeks LQ45 juga punya ROE yang tinggi, misalkan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) punya ROE di angka 151,77%. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dengan ROE 76,80%, dan PT Indosat Tbk (ISAT) dengan ROE sebesar 63,96%.

Baca Juga: Mirae: MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) paling diuntungkan dari pembukaan mal

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, ROE masih bisa menjadi salah satu acuan untuk mencari saham. Tetapi, ROE bukan menjadi satu-satunya aspek penentu, yang artinya ada banyak aspek yang menjadi pertimbangan.

Sukarno menyebut, rasio ROE yang tinggi tidak bisa disimpulkan bahwa perusahaan tersebut berkinerja bagus. Investor harus melihat asal dari peningkatan laba bersih tersebut, apakah murni dari hasil bisnis atau hasil menjual aset.

Sukarno mengambil contoh SIMA dan SDMU yang punya rasio ROE yang tinggi. Hal ini karena SIMA dan SDMU punya ekuitas negatif dan laba bersih yang negative, sehingga jika dihitung memang menghasilkan ROE yang tinggi.

Mengutip laporan keuangan, SDMU membukukan ekuitas negatif sebesar Rp 6,93 miliar dengan kerugian bersih mencapai Rp 14,36 miliar per semester I-2021.

Baca Juga: Pusat perbelanjaan mulai ramai, ini emiten yang paling diuntungkan versi Mirae Asset

Saham dengan ROE tinggi bisa dijadikan acuan juga untuk investasi jangaka panjang, tetapi investor harus melihat rasio profitabilitas lainnya juga. Ambil contoh, UNVR yang meskipun punya ROE tinggi, ternyata tren rasio profit marginnya dalam penurunan. Kinerja UNVR, baik pendapatan atau laba bersihnya juga terkontraksi.

Laba bersih UNVR per semester I-2021 tercatat sebesar Rp 3,05 triliun, menurun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,62 triliun. Pendapatan UNVR tercatat menurun 7,3% menjadi Rp 20,18 triliun dari sebelumnya mencapai Rp 21,77 triliun.

Analis Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menilai, UNVR mempunyai ROE yang relatif stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam menggunakan modal/ekuitasnya UNVR cukup efektif dalam menghasilkan laba. Kendati memang secara historikal, return on asset (ROA) yang ditawarkan UNVR kian menurun karena efek liabilitas yang kian meningkat.

Baca Juga: Jurus Jitu Indofood Menguasai Pasar Makanan Ringan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×