Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persebaran pandemi virus corona telah meluluhlantakkan perekonomian global pada semester I-2020. Tak pelak, kekhawatiran pun meliputi benak para pelaku pasar.
Kondisi tersebut tentu menguntungkan emas sebagai aset safe haven. Nyatanya emas berhasil menjadi komoditas logam mulia dengan kinerja paling mentereng sepanjang semester I-2020.
Merujuk Bloomberg, emas di pasar spot pada akhir tahun lalu berada di level US$ 1.517,27 per ons troi. Lalu, akhir Juni kemarin, emas tercatat sudah berada di level US$ 1.780,96 per ons troi. Artinya selama satu semester, emas berhasil tumbuh 17,38%.
Baca Juga: Kelebihan pasokan, platinum jadi komoditas logam mulia paling jeblok di semester I
Analis Global Kapital Alwi Assegaf mengatakan kinerja positif emas tidak terlepas dari banyaknya ketidakpastian belakangan ini sehingga safe haven menjadi instrumen yang paling dicari. Mulai dari pandemi virus corona pada awal tahun dan ancaman gelombang keduanya, hingga ketegangan geopolitik yang melibatkan beberapa negara belakangan ini.
“Yang terbaru, kasus corona sudah lebih dari 10 juta kasus positif, yang tersebar di beberapa negara, dengan Amerika Serikat, paling tinggi tingkat infeksinya, kemudian Brazil dan India. Selain itu, kebijakan stimulus yang dijalankan oleh bank sentral dunia turut mendorong sentimen kenaikan emas belakangan ini,” ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Kamis (2/7).
Setelah emas, komoditas logam mulia berikutnya yang mencatatkan kinerja apik adalah perak. Mengutip Bloomberg, harga emas putih di pasar spot berada di level US$ 17,85 per ons troi pada 31 Desember 2019. Sementara pada 30 Juni kemarin, harga perak hanya berada di level US$ 18,20 per ons troi. Artinya, perak hanya tumbuh 1,96% sepanjang enam bulan pertama 2020.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menyebut, meski kinerja perak tidak terlalu signifikan, sejatinya kinerja perak cukup baik imbas dari mengekor pergerakan emas. Hal tersebut dapat dilihat dari laju bullish perak sepanjang tiga bulan terakhir. Saat itu, perak sempat berada di level US$ 11,98 per ons troi dan perlahan mengekor kenaikan harga emas.
“Perak itu kan komoditas logam mulia yang paling spekulatif dan cenderung bergerak pada rentang lebar dalam jangka waktu pendek. Volatilitas perak inilah yang membuatnya tidak bisa semoncer emas, terlebih di saat krisis seperti tahun ini, wajar,” jelas Wahyu.
Lalu di peringkat ketiga terdapat paladium. Komoditas turunan perak ini sempat mencatatkan kinerja yang baik pada kuartal I-2020, namun perlahan mulai turun.
Merujuk Bloomberg, Paladium mengawali tahun ini berada di level US$ 1.945,62 per ons troi. Sementara pada akhir Juni, paladium berada di level US$ 1.943,70 per ons troi. Dengan demikian, sepanjang enam bulan terakhir paladium terkoreksi 0,10%.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan kinerja paladium yang cenderung turun tidak terlepas dari pandemi virus corona. Pandemi yang telah menghambat aktivitas ekonomi dengan pemberlakuan lockdown membuat perakitan kendaraan listrik pun berhenti. Seperti diketahui, paladium merupakan salah satu komponen dalam perakitan kendaraan listrik.
Baca Juga: Terpapar kilau emas, harga perak di semester I-2020 berhasil menguat tipis 1,96%
“Saat itu stockpile terus menurun namun permintaan masih berjalan normal, namun seiring permintaan yang turun akibat virus corona, pada akhirnya harga paladium mulai terjun dan terus terkoreksi,” kata Ibrahim
Terakhir, komoditas logam mulia dengan kinerja paling buruk sepanjang semester I-2020 adalah platinum. Berdasarkan Bloomberg, platinum berada di level US$ 966.58 per ons troi pada akhir tahun 2019. Namun pada akhir semester I-2020, platinum jeblok ke level US$ 829,39 per ons troi. Artinya, platinum telah terkoreksi hingga 14,19% sepanjang enam bulan kemarin.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan persebaran virus corona yang mengakibatkan berhentinya aktivitas ekonomi dan pabrik-pabrik menjadi penyebab anjloknya kinerja platinum. Padahal platinum merupakan bahan campuran untuk pembuatan senjata, peluru, hingga berbagai barang elektronik
“Dari sisi permintaan di semester pertama alami penurunan drastis sehingga berujung oversupply. Dengan stok di pabrik atau gudang terus bertambah dan berlimpah, wajar harga platinum anjlok dan lebih rendah dibanding komoditas lainnya.” ujar Ibrahim
Para analis sependapat bahwa prospek komoditas logam mulia ke depannya masih sangat bergantung terhadap penanganan pandemi virus corona. Jika virus corona mereda, harga komoditas logam mulia diperkirakan akan kembali relatif stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News