Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emas mampu mempertahankan kilaunya di sepanjang tahun 2016. Peluang kenaikan harga emas tahun semakin besar di saat ekonomi global masih melambat.
Mengutip Bloomberg, Selasa (7/6) pukul 17.24 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2016 di Commodity Exchange turun 0,3% ke level US$ 1.241,24 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Sementara jika dilihat sejak akhir tahun lalu, emas telah melambung hingga 16,8%.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures memaparkan, kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Desember lalu membawa tekanan cukup besar pada harga emas.
Pasalnya, emas sebagai aset non bunga ditinggalkan para investor. Akhirnya harga emas jatuh ke level terendah sepanjang tahun ini di US$ 1.062,4 per ons troi pada tanggal 31 Desember.
Memasuki awal tahun, emas mulai bergairah. Goncangan pada bursa saham China hingga adanya devaluasi mata uang yuan memicu kekhawatiran ekonomi global. "Dalam dua bulan pertama tahun ini, harga naik cukup tajam," papar Agus.
Dengan adanya gejolak ekonomi global, pelaku pasar ragu The Fed mampu menaikkan suku bunga di bulan Maret. Terbukti, The Fed justru merevisi outlook kenaikan suku bunga tahun ini menjadi dua kali dari sebelumnya empat kali.
Harga emas pun semakin berkilau seiring dengan turunnya nilai tukar dollar AS. Emas melaju hingga ke level tertinggi tahun ini yakni US$ 1.298,1 per ons troi pada 2 Mei lalu.
Setelah itu, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed kembali menguat. Data - data ekonomi Amerika Serikat perlahan mulai membaik. Para pejabat The Fed pun terus memberikan sinyal akan potensi kenaikan suku bunga di bulan Juni.
Hal catatan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan April memperlihatkan potensi naiknya suku bunga di semester pertama. Imbasnya emas tergerus dari level tertingginya. Sepanjang bulan Mei, harga emas koreksi 5,8%.
Agus melihat prospek emas cukup positif setelah data tenaga kerja AS bulan Mei kembali memudarkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News