kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor mendorong harga minyak sawit


Selasa, 02 Agustus 2016 / 07:19 WIB
Ekspor mendorong harga minyak sawit


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menguat ke level tertinggi dalam dua pekan, didukung kenaikan permintaan. Harga CPO mulai membumbung, tapi belum masuk dalam tren bullish.

Mengutip Bloomberg pada Senin (1/8), harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat sekitar 0,6% ke RM 2.329 atau setara US$ 578,7 per metrik ton dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir CPO menanjak 2,6%.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, menguatnya permintaan terutama dari Eropa, India dan China menjadi faktor pendukung kenaikan harga CPO. Berdasarkan data Intertek Testing Services, ekspor CPO Malaysia bulan Juli meningkat 12,7% menjadi 1,27 juta ton dibanding bulan sebelumnya.

Sejalan, Societe Generale de Surveillance (SGS) merilis ekspor CPO Malaysia bulan Juli naik 15,4% menjadi 1,28 juta ton dibanding bulan Juni. Permintaan terbesar berasal dari Eropa dengan kenaikan 28,4% menjadi 260.910 ton.

Selanjutnya permintaan dari China melonjak 67,7% menjadi 225.910 ton dan India naik 2,3% menjadi 199.580 ton. Harga CPO tetap melaju, meski data ekonomi China bulan Juli cenderung mengecewakan. Data manufacturing PMI turun menjadi 49,9 dari sebelumnya 50,0 serta di bawah prediksi sebesar 50,1.

"Hal tersebut menunjukkan perkembangan ekonomi China. Jika terus memburuk, secara tidak langsung akan menekan CPO," ujar Ariston.

Namun demikian, CPO masih bisa berharap dari gangguan cuaca El Nino yang membawa cuaca kering, maupun La Nina yang menyebabkan banjir. "Keduanya mengganggu produksi CPO, sehingga akan mengangkat harga," imbuh Ariston.

Sedangkan dari sisi permintaan masih penuh tantangan. Apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi global tahun ini hanya tumbuh 3,1% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,2%. Program biodiesel Jika program biodiesel dapat berjalan sukses, maka harapan kenaikan permintaan CPO akan lebih besar.

Program B20 atau kewajiban campuran 20% biodiesel pada bahan bakar minyak di Indonesia telah berhasil menyerap 1 juta kiloliter biodiesel dalam empat bulan pertama tahun ini. Program tersebut akan terus dikembangkan menjadi B25 dan B30, sehingga akan semakin mendukung permintaan CPO untuk biodiesel.

Seperti halnya Indonesia, Malaysia juga menerapkan program biodiesel yakni B10 dengan target penyerapan CPO mencapai 700.000 ton pada tahun ini.

Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures menjelaskan, mayoritas harga komoditas memang sedang rebound seiring melemahnya nilai tukar dollar AS. Keputusan The Fed menunda kenaikan suku bunga, diikuti data-data ekonomi AS yang mengecewakan, membuat dollar AS semakin tertekan.

"Kenaikan harga CPO seiring dengan menguatnya harga komoditas substitusi yakni minyak kedelai," tuturnya.

Secara umum, permintaan CPO tengah mulai menggeliat kembali, setelah sempat tertekan usai Ramadan dan Idul Fitri. Ancaman tekanan harga masih terbuka jika permintaan kembali menurun dan pasokan meningkat. Berdasarkan data Malaysia Palm Oil Board (MPOB), pasokan CPO Malaysia bulan Juni naik 7,7% menjadi 1,78 juta metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan produksi meningkat 12% menjadi 1,53 juta metrik ton. Data bulan Juli baru akan dirilis pada tanggal 10 Agustus mendatang.

BMI Research menyatakan, faktor cuaca masih mampu mengangkat harga CPO tahun ini, dengan harga rata-rata di kisaran RM 2.500 per metrik ton atau naik dari tahun lalu, RM 2.235 per metrik ton. Namun tahun depan, harga rata-rata dapat kembali turun di RM 2.350 per metrik ton lantaran cuaca kembali normal.

Ariston melihat, harga CPO sudah rebound setelah terjatuh akibat Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa. "Tetapi belum membentuk suatu tren sehingga risiko turun masih ada," paparnya.

Secara teknikal, harga minyak sawit masih di bawah moving average (MA) 50, MA100 dan MA200 menunjukkan tren jangka panjang masih melemah. Garis MACD di atas garis sinyal tetapi masih di bawah level 0 memunculkan peluang rebound dalam jangka pendek. Selanjutnya, stochastic netral di level 72 sementara RSI berdi level 49 menunjukkan momentum ke atas kurang kuat.

Selasa (2/8), Ariston memprediksi, harga CPO menguat tipis di RM 2.300-RM 2.360 per metrik ton. Sepekan ke depan di kisaran RM 2.290-RM 2.360 per metrik ton. Prediksi Wahyu, harga CPO pekan ini bergerak di antara RM 2.250 - RM 2.380 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×