Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Keinginan PT Kimia Farma (Persero) Tbk menguasai pangsa pasar Vietnam agaknya mesti tertunda. Rencana ekspansinya itu terhambat sejumlah regulasi di negara setempat.
Rusdi Rosman, Direktur Utama KAEF mengatakan, perseroan berencana mendirikan apotek di Vietnam dengan menggandeng partner lokal. Rencana itu sudah diupayakan sejak tahun lalu.
"Ternyata regulasi pemerintah di sana agak sulit apalagi untuk mendirikan apotek. Ini masih diupayakan," ujarnya ke KONTAN, Selasa (10/2).
KAEF berharap banyak dari ekspansi di Vietnam ini. Soalnya, KAEF ingin memperbesar pasar ekspor. Apalagi, anggaran untuk membuka satu apotek di Vietnam tergolong tak mahal, hanya Rp 1,5 miliar per apotek.
Pendapatan awal dari satu apotek modern itu ditaksir mencapai Rp 10 miliar per tahun. Belum lagi pendapatan dari distribusi ekspor. Nantinya, KAEF berharap bisa mendapat porsi mayoritas dengan perusahaan lokal di Vietnam. Kalau berhasil, KAEF bisa membuka 5 hingga 10 apotek di negara itu.
Namun, jika tidak bisa mendirikan apotek di Vietnam, KAEF berharap bisa tetap memperbesar penjualan produknya di negara tersebut. Selama ini, KAEF sudah mengekspor beberapa produknya ke Vietnam dalam skala kecil. KAEF berharap bisa mendapat berkah tambahan dari perluasan pasar ekspor.
Dia menjelaskan, pangsa pasar farmasi di Vietnam jauh lebih tinggi daripada di Thailand dan Malaysia. Apalagi, produk KAEF sudah dikenal masyarakat setempat.
Ekspansi regional KAEF cukup efektif. Misalnya saja KAEF sudah membuka apotek di Malaysia dengan anggaran sekitar Rp 20 miliar. Ekspansi regional cukup membuat pendapatan ekspor KAEF melejit.
"Penjualan ekspor kira-kira naik 250% di tahun 2013. Namun, kontribusinya ke pendapatan masih di bawah 5%. Harapannya bisa lebih besar lagi," lanjutnya.
Tahun ini, KAEF menganggarkan belanja modal sebesar Rp 660 miliar. Pengembangan usaha terbesar adalah pembangunan pabrik baru di Banjaran senilai Rp 200 miliar.
Pendanaannya akan berasal dari kas internal, pinjaman perbankan dan penerbitan Medium Term Notes (MTN). "Kami masih ada dana internal Rp 360 miliar yang bisa digunakan, termasuk untuk ekspansi regional" tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News