Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penguatan rupiah diduga analis bisa lebih tajam dari posisi sekarang. Hanya saja diperkirakan hal tersebut tidak sejalan dengan kebutuhan fundamental ekonomi Indonesia.
Di pasar spot, Kamis (21/7) posisi rupiah menguat 0,10% di level Rp 13.099 per dollar AS dibanding hari sebelumnya namun sudah terbang 4,99% sejak awal tahun 2016. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia valuasi rupiah menukik 0,16% di level Rp 13.122 per dollar AS dengan penguatan 4,87% sejak awal tahun.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Aset Manajemen mengatakan secara teoritis penguatan rupiah bisa menyentuh level Rp 12.500 - Rp 12.800 per dollar AS. Banyak ruang teoritis yang bisa mengangkat rupiah ke level tersebut. Namun dari sisi fundamental, tekanan eksternal masih terus membayangi.
"Arus penguatan memang seharusnya bisa lebih signifikan terutama kalau berkaca dari inflow di saham dan obligasi," kata Lana. Selain juga dukungan data dalam negeri seperti neraca perdagangan, inflasi dan cadangan devisa yang positif.
Dugaan Lana penguatan rupiah yang tertahan ini terjadi karena intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hanya saja hal tersebut tidak dapat dipastikan mengingat hal tersebut tidak terlihat jelas di pasar.
Menurutnya intervensi ini memang sudah sewajarnya dilakukan. "Kalaupun ada intervensi ya karena memang dibutuhkan oleh ekonomi kita," ujar Lana.
Sebab kalau dilakukan intervensi terhadap penguatan rupiah artinya dollar AS akan diburu, rupiah akan disebar di pasar yang kemudian itu baik bagi inflasi. Mengingat inflasi seperti saat ini, tentunya intervensi bisa berimbas positif bagi level inflasi.