Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Sukuk Negara pada Selasa (25/6) terbilang sukses. Terbukti, nilai penawaran yang masuk dapat mencapai Rp 40,19 triliun. Adapun pemerintah sanggup menyerap dana senilai Rp 8 triliun atau setara dengan target indikatif yang ditetapkan sebelumnya.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, lelang sukuk negara umumnya jarang mencatat penawaran masuk bernilai jumbo. “Biasanya hanya sekitar Rp 20 triliun,” ujarnya, Selasa (25/6).
Ia melihat, hasil lelang sukuk negara yang berlangsung hari ini merupakan bentuk reaksi para pelaku pasar atas sentimen-sentimen positif di pasar obligasi dalam beberapa pekan terakhir.
Salah satu yang paling menonjol adalah tren penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) seiring terbukanya peluang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia di sisa tahun ini. “Lelang sukuk tadi merupakan lelang pertama usai RDG BI. Euforia hasil RDG BI pun masih terasa bagi para investor,” ungkap David.
Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN tenor 10 tahun pada hari ini berada di level 7,39%.
Senada, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menambahkan, kupon sukuk negara biasanya lebih tinggi ketimbang obligasi pemerintah konvensional. Hal ini menambah daya tarik instrumen tersebut di mata investor.
Hasilnya, banyak investor yang berupaya memaksimalkan lelang sukuk hari ini mumpung imbal hasil yang diperoleh masih cukup atraktif.
“Sekarang momen yang tepat untuk masuk ke pasar primer dan membeli sukuk, apalagi instrumen syariah lebih terbatas dari segi suplai,” terangnya.
Berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, seri-seri bertenor pendek masih menjadi primadona dalam lelang hari ini. Ambil contoh seri PBS021 yang mendapat penawaran masuk sebesar Rp 17,33 triliun. Seri ini akan jatuh tempo pada tahun 2021 mendatang.
David menganggap, fenomena tersebut merupakan sesuatu yang wajar mengingat investor juga masih mempertimbangkan sentimen-sentimen global yang mempengaruhi kondisi pasar obligasi Indonesia. Tak heran, seri tenor pendek yang relatif lebih aman dari risiko volatilitas harga masih kerap diburu di pasar primer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News