Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan isu ekonomi global, diprediksi masih menjadi sentimen positif yang mampu mendorong penawaran pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara yang digelar 25 Juni 2019.
Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan, penawaran lelang SBSN 25 Juni seharusnya bisa melampaui catatan penawaran lelang SUN 18 Juni. Faktor utamanya, karena ada kans untuk tercapainya kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dengan China terkait perkembangan peran dagang kedua negara tersebut.
Selain itu, Bank Sentral AS (The Fed) semakin jelas menunjukkan rencananya untuk melonggarkan kebijakan moneternya dengan pemangkasan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate dalam waktu dekat. "Harusnya lebih positif (lelang SBSN 25 Juni), karena sentimen yang mendukung sudah signifikan," kata Rio kepada Kontan.co.id, Jumat (21/6).
Pemerintah akan melelang enam seri sukuk pada pekan depan dengan target indikatif Rp 6 triliun. Keenam seri sukuk yang dilelang yakni SPN-S 01122019 (reopening) yang bakal jatuh tempo pada 1 Desember 2019, dengan imbal hasil disesuaikan dengan penghasilan bersih dari penjualan atau diskonto.
Selain itu, ada seri PBS014 (reopening) dengan imbal hasil 6,5% dan bakal jatuh tempo pada 15 Mei 2021, selanjutnya seri PBS019 (reopening) yang menawarkan imbal hasil 8,25% dan jatuh tempo di 15 September 2023. Ada juga seri PBS021 (reopening) yang bakal jatuh tempo 15 November 2026, dengan imbal hasil 8,5%.
Selanjutnya, ada seri PBS022 (reopening) yang menawarkan imbal hasil tertinggi yakni 8,625%, dengan tenor 15 tahun dan bakal jatuh tempo di 15 April 2034. Seri terakhir yakni PBS015 (reopening) yang jatuh tempo di 15 Juli 2047, dengan yield 8%.
"PBS022 dengan kupon 8,625% paling menarik. Ini karena yield-nya yang paling tinggi, paling panjang tenornya dan paling volatile. Jadi kalau naik, harganya lebih cepat daripada yang lain," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News