kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Mei 2019, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 43,78 triliun


Selasa, 25 Juni 2019 / 20:18 WIB
Hingga Mei 2019, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 43,78 triliun


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen negatif membuat penerbitan obligasi korporasi cukup menantang selama hampir satu semester terakhir.

Berdasarkan data statistik pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penerbitan obligasi korporasi hingga 31 Mei 2019 tercatat Rp 43,78 triliun dari total 35 perusahaan yang melakukan penawaran umum.

Nilai emisi penerbitan tersebut lebih rendah dibandingkan periode sama di tahun lalu. Kala itu, jumlah penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 57,92 triliun dari 32 perusahaan yang melakukan penawaran umum.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, nilai penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun ini cukup rendah lantaran kondisi pasar obligasi Indonesia yang masih dipenuhi ketidakpastian.

Mulai dari isu tingginya suku bunga acuan yang membuat beban cost of fund perusahaan membengkak hingga agenda pilpres yang cukup mempengaruhi kegiatan ekspansi perusahaan, termasuk dalam mencari pendanaan lewat penerbitan obligasi.

Belum lagi ada sentimen eksternal seperti ancaman perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian perang dagang membuat yield obligasi bergerak cukup volatil.

“Ada perbedaan risiko di pasar antara semester pertama tahun lalu dengan tahun sekarang,” imbuh dia, Selasa (25/6).

Kendati demikian, Fikri menilai seiring berjalannya waktu, tingkat literasi keuangan di pihak korporasi di Indonesia semakin membaik. Hal ini memicu perusahaan untuk mendiversifikasi sumber pendanannya, salah satunya dengan menerbitkan obligasi.

Menurut Fikri, ini membuat jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum obligasi sedikit meningkat pada tahun ini, meskipun dari sisi nilai emisi lebih rendah.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menilai, meningkatnya jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum obligasi menandakan bahwa kebutuhan terhadap instrumen tersebut masih tergolong tinggi.

Dari situ, ia berpendapat, keberadaan pilpres sebenarnya tidak berdampak besar terhadap penerbitan obligasi korporasi khususnya di semester pertama tahun ini.

“Kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi sejatinya akan tetap ada. Perusahaan tinggal menyesuaikan nilai penerbitan obligasinya saja dengan kondisi pasar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×