kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,14   -2,37   -0.26%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Danamon: Rupiah masih berpeluang menguat


Rabu, 30 Maret 2011 / 18:59 WIB
Ekonom Danamon: Rupiah masih berpeluang menguat
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Peluang laju penguatan rupiah masih terbuka. Ekonom Bank Danamon Anton Hendranata menilai, Bank Indonesia (BI) bisa mentolerir penguatan rupiah lebih lanjut kalau inflasi Maret naik signifikan. Anton memaparkan, konsensus inflasi Maret tahunan sebesar 4,47%.

Dalam rilis yang diberikan pada KONTAN, Anton menilai, rupiah masih bisa terdorong karena adanya tren pelemahan dollar Amerika Serikat (AS). Salah satu penyebab dollar masih melemah adalah proses pemulihan ekonomi. Pemulihan ini mulai terlihat pada (GDP) AS kuartal empat yang naik 3,1% dari 2,6% di kuartal sebelumnya.

Anton menilai, pelemahan dollar plus tingginya selera risiko para investor masih mendorong rupiah ke arah penguatan dalam jangka waktu dekat. "Indonesia masih menjadi incaran investor asing karena imbal hasil yang masih menarik dibandingkan dengan negara-negara di kawasan regional," kata dia.

Sebagai bukti pasar Indonesia masih cukup seksi, aliran dana asing terus mengalami kenaikan. Di pasar obligasi, per 28 Maret, dana asing mencapai Rp 210 triliun atau 31% dari total obligasi yang diperdagangkan. Padahal, sepuluh hari sebelumnya Rp 204 triliun.

Kepemilikan asing di pasar saham juga positif menjadi Rp 1,4 triliun pada pekan keempat Maret.

Kedepannya, Anton melihat, peluang penguatan rupiah masih terbuka. Memang, ketika rupiah mencapai Rp 8.711 per dollar AS merupakan nilau tukar terkuat sejak empat tahun terakhir.

"Tapi, dalam rata-rata tertimbang terhadap mata uang negara mitra dagang, rupiah hanya berada pada posisi terkuat sejak enam bulan terakhir," kata dia. Sehingga, menurut Anton, penguatan rupiah bisa berlanjut secara perlahan, terutama jika mata uang negara Asia terus menyentuh level terkuat.

Namun, Anton meminta pasar memperhatikan potensi kenaikan inflasi AS yang dipicu pemulihan ekonomi. "Kenaikan inflasi ini harus diwaspadai, karena bisa menekan daya beli masyarakat yang sudah ada dalam tren perbaikan," kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×