Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Merujuk laporan keuangan, per kuartal I-2025 arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi LRNA masih minus Rp 2,01 miliar.
Dihubungi terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, peluang LRNA untuk memulihkan kinerja keuangannya dalam waktu dekat masih cukup berat.
Sebab, tantangan yang dihadapi LRNA sudah menjadi isu struktural di industri transportasi darat. Tidak hanya LRNA saja yang mengalami perlambatan kinerja, tetapi juga perusahaan-perusahaan otobus lainnya. Alhasil, diperlukan peran serta pemerintah untuk membantu sektor tersebut bangkit kembali.
Rianta sendiri juga mengaku, sejauh ini belum ada stimulus dari pemerintah untuk meringankan beban industri transportasi darat, termasuk bagi perusahaan otobus seperti LRNA.
Baca Juga: Organda: Tiket Bus AKAP Lebaran 2025 Masih Banyak Tersedia
Terlepas dari itu, Wafi menyebut strategi LRNA untuk fokus ke angkutan bus jarak dekat cukup menarik, mengingat permintaan layanan transportasi umum untuk commuting cukup tinggi dan relatif lebih tahan terhadap perubahan makroekonomi.
"Kolaborasi dengan sister company di bidang kargo juga bisa menjadi alternatif meski dampaknya kemungkinan baru terasa dalam jangka panjang," kata dia, Kamis (26/6).
Wafi menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham LRNA.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga merekomendasikan wait and see saham LRNA dengan support di level Rp 130 per saham dan resistance di level Rp 144 per saham.
Pada penutupan perdagangan Kamis (26/6), saham LRNA bertengger di level Rp 135 per saham atau turun 0,74% dibandingkan hari sebelumnya. Sejak awal tahun, saham LRNA merosot 17,18% year to date (ytd).
Selanjutnya: BRI Hormati Proses Hukum Terkait Pemeriksaan Catur Budi Harto oleh KPK
Menarik Dibaca: Tangsel Diguyur Hujan, Ini Prakiraan Cuaca Besok (27/6) di Banten Selengkapnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News