Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten tambang, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih mampu mencetak pertumbuhan laba bersih di semester I 2016 meskipun penjualan perseroan tercatat melorot. Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi efisiensi yang dilakukan perseroan sehingga bebannya mengempis.
Paruh pertama tahun ini, ADRO mengantongi laba bersih atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk tercatat sebesar US$ 122,11 juta, naik 2,4% dari US$ 119,15 juta pada periode yang sama tahun 2015. Sedangkan pendapatannya turun 16% dari US$ 1,398 miliar menjadi US$ 1,175 miliar.
Beban ADRO memang mengalami penurunan mulai dari beban pokok penjualan, beban usaha dan beban keuangan yang mengalami penurunan masing-masing 21% menjadi US$ 873,1 juta, 3,2% menjadi US$ 73,03 juta dan 13,7% menjadi US$ 29,05 juta.
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO dalam keterangan resminya, Selasa (29/8) mengatakan, penurunan beban pokok pendapatan yang cukup besar sejalan dengan strategi efisiensi yang terus dilaksanakan perseroan dalam lingkup operasi.
"Adaro juga telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 30% kebutuhan bahan bakarnya untuk sisa tahun ini pada harga yang lebih rendah daripada harga yang dianggarkan untuk tahun 2016. Selain itu, penurunan ini juga didukung penurunan nisbah kupas dan produktivitas operasional yang baik." kata Garibaldi.
Sedangkan pendapatan ADRO mengalami penurunan di semester I lantaran harga jual rata-rata batubara perseroan 17% lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan volume penjualan tercatat stabil 27,1 juta ton (Mt).
Adapun produksi perseroan sepanjang paruh pertama mencapai 25,9 Mt. Ini merupakan posisi yang baik untuk mencapai rentang bawah panduan produksi yang ditetapkan sebesar 52Mt- 54 Mt untuk tahun ini.
Pendapatan perseroan terdiri dari penjualan batubara yang mengalami penurunan 16% dari SU$ 1,298 miliar menjadi US$ 1,095 miliar. Ini terdiri dari penjualan ekspor US$ 833,7 juta dan domestik US$ 261,74 juta. Lalu pendapatan jasa penambangan turun 26% yoy menjadi US$ 48,5 juta dan pendapatan lain-lain turun 9% yoy menjadi US$ 31,77 juta.
Garibaldi meyakini penurunan pasar batubara saat ini hanya bersifat siklikal dan dalam jangka panjang komoditas ini diperkirakan masih akan tetap tumbuh.
"Kami optimis terhadap prospek di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya karena akan terus bergantung pada batubara untuk menjadi bahan bakar yang memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat." kata Garibaldi,
Ia parcaya ADRO masih akan tumbuh secara berkelanjutan sejalan dengan tiga motor pertumbuhan yang terus dikembangkan perseroan yakni pertambangan batubara, jasa pertambangan dan logistik, dan ketenagalistrikan.
Baru-baru ini, ADRO melalui cucu usahanya PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) telah mendapatkan kesepakatan terkait pembiayaan untuk proyek PLTU Batang 2x 1000 Megawatt (MW) senilai US$ 4,2 miliar. Garibaldi bilang, ini akan semakin memperkuat model bisnis perseroan dan meningkatkan daya saing untuk jangka waktu panjang.
BPI merupakan perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power) (34%), PT Adaro Power (34%) dan Itochu Corporation (Itochu) (32%). Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Total aset ADRO turun 3% dari akhir tahun 2015 menjadi US$ 6,04 miliar dan jumlah kewajiban turun 9% menjadi US$ 2,6 miliar. Kewajiban lancar turun 15% menjadi US$ 514 juta karena terutama disebabkan penurunan utang dagang. Total pinjaman bank turun 12% menjadi US$ 1,42 juta karena pembayaran cicilan rutin.
Kewajiban non lancar turun 8% menjadi US$ 2,08 juta terutama karena penurunan pinjaman bank jangka panjang karena Adaro terus melakukan upaya pengurangan utang dan memperkuat struktur permodalannya.
Sepanjang semester I, ADRO telah menyerap belanja modal (capex) US$ 27 juta, turun 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 42 juta. Sementara total capex, termasuk belanja modal tidak berulang mencapai US$ 93 juta. Sebesar US$ 66 juta digunakan untuk pembelian alat berat.
Garibaldi mengatakan, pihaknya akan terus mengalokasikan modal dengan cara yang strategis dan selektif. Adapun jumlah arus kas bebas posit tetap terjaga pada US$ 178 juta yang didukung oleh EBITDA operasional yang solid dan belanja modal yang berhati-hati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News