Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Ia parcaya ADRO masih akan tumbuh secara berkelanjutan sejalan dengan tiga motor pertumbuhan yang terus dikembangkan perseroan yakni pertambangan batubara, jasa pertambangan dan logistik, dan ketenagalistrikan.
Baru-baru ini, ADRO melalui cucu usahanya PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) telah mendapatkan kesepakatan terkait pembiayaan untuk proyek PLTU Batang 2x 1000 Megawatt (MW) senilai US$ 4,2 miliar. Garibaldi bilang, ini akan semakin memperkuat model bisnis perseroan dan meningkatkan daya saing untuk jangka waktu panjang.
BPI merupakan perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power) (34%), PT Adaro Power (34%) dan Itochu Corporation (Itochu) (32%). Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Total aset ADRO turun 3% dari akhir tahun 2015 menjadi US$ 6,04 miliar dan jumlah kewajiban turun 9% menjadi US$ 2,6 miliar. Kewajiban lancar turun 15% menjadi US$ 514 juta karena terutama disebabkan penurunan utang dagang. Total pinjaman bank turun 12% menjadi US$ 1,42 juta karena pembayaran cicilan rutin.
Kewajiban non lancar turun 8% menjadi US$ 2,08 juta terutama karena penurunan pinjaman bank jangka panjang karena Adaro terus melakukan upaya pengurangan utang dan memperkuat struktur permodalannya.
Sepanjang semester I, ADRO telah menyerap belanja modal (capex) US$ 27 juta, turun 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 42 juta. Sementara total capex, termasuk belanja modal tidak berulang mencapai US$ 93 juta. Sebesar US$ 66 juta digunakan untuk pembelian alat berat.
Garibaldi mengatakan, pihaknya akan terus mengalokasikan modal dengan cara yang strategis dan selektif. Adapun jumlah arus kas bebas posit tetap terjaga pada US$ 178 juta yang didukung oleh EBITDA operasional yang solid dan belanja modal yang berhati-hati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News