Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah sebulan terakhir. Meski begitu, statusnya sebagai safe haven menjadikan mata uang ini tetap prospektif.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, tren dolar AS pada semester II akan dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari risiko politik, geopolitik, perang dagang, hingga pemangkasan suku bunga the Fed.
Meski begitu, dia menilai pelemahan dolar AS pada semester II ini tidak akan seperti semester I. "Periode tersebut indeks dolar (DXY) turun hingga ke level 100, sementara di semester II ini diperkirakan paling lemah DXY berada di level 101," kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (8/7).
Ibrahim juga melihat pelemahan ini bukan sepenuhnya dampak serangan dedolarisasi yang semarak. Lagi pula, kata Ibrahim, status dolar AS sebagai safe haven menjaga nilainya dari tekanan lebih jauh. Dus, sentimen dolarisasi diperkirakan akan sulit untuk menggantikan dolar sebagai mata uang cadangan global utama.
Baca Juga: Rupiah Mengawali Pekan Ini Dengan Penguatan ke Rp 16.258 Per Dolar AS, Senin (8/7)
Ibrahim menyebut, memang banyak negara yang menggunakan mata uang kripto sebagai alat perdagangan. "Namun perlu diingat, untuk membeli kripto juga menggunakan dolar AS," sambungnya.
Memang, kata Ibrahim, ada tren penurunan volume transaksi dolar AS dalam lima tahun terakhir. Hal ini seiring dengan banyak negara yang berupaya menguatkan fundamental mata uangnya dengan melakukan transaksi bilateral menggunakan uang regional.
Namun, kedigdayaan dolar AS juga didorong transaksi tertentu yang menggunakan dolar AS. "Transaksi bursa di Eropa maupun Inggris juga menggunakan dolar AS," sebutnya.
Dengan demikian, Ibrahim menilai dolar AS tetap prospektif, mengingat prospek tekanannya tidak akan terlalu dalam dan statusnya sebagai safe haven.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News