Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah mengawali pekan ini dengan penguatan. Mata uang garuda didukung pelemahan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) di akhir pekan lalu.
Pada Senin (8/7), kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) terpantau menguat 0,29% ke level Rp 16.265 per dolar AS. Pergerakan rupiah Jisdor BI sejalan dengan rupiah di pasar spot yang menguat 0,12% ke level Rp 16.258 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, rupiah menguat di awal pekan ini karena didukung sentimen dari AS. Hal itu menyusul data ketenagakerjaan AS cenderung mengindikasikan kondisi pasar tenaga kerja yang melonggar pada bulan Juni 2024.
“Namun demikian, penguatan rupiah ini cenderung terbatasi oleh ketidakpastian di Eropa, terkait kemenangan aliansi sayap kiri,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (8/7).
Baca Juga: Defisit APBN 2024 Melebar, Sri Mulyani Minta Tambahan Penggunaan SAL Rp 100 Triliun
Untuk diketahui, aliansi New Popular Front (NFP) yang berhaluan kiri memimpin dalam pemilihan parlemen Prancis pada Minggu (7/7). Ini menghentikan kebangkitan kelompok sayap kanan, menurut hasil exit poll.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan bahwa penguatan rupiah terbatasi data indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia yang lebih lemah. Meskipun masih dalam level optimistis, indeks keyakinan konsumen tersebut mengalami penurunan.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan indeks keyakinan konsumen Indonesia mengalami penurunan. IKK Indonesia turun menjadi 123,3 pada bulan Juni daripada 125,2 pada bulan Mei dan 127,7 pada bulan April 2024.
“Rupiah menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data pekerjaan yang mengecewakan. Namun data indeks kepercayaan konsumen Indonesia yang lebih lemah membatasi penguatan,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (8/7).
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,29% ke Rp 16.265 Per Dolar AS Pada Senin (8/7)
Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi melemah terbatas akibat potensi berbalik menguatnya (rebound) pada dolar Amerika Serikat di perdagangan Selasa (9/7).
Investor akan cenderung wait and see mengantisipasi data inflasi Amerika pekan ini. Dari domestik, investor juga menantikan data penjualan ritel Indonesia yang akan dirilis besok.
Sementara itu, Josua memproyeksi rupiah akan cenderung menguat di perdagangan besok. Optimisme itu karena mempertimbangkan dampak dari testimoni Ketua The Fed, Jerome Powell, nanti malam.
Josua memperkirakan Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp16.200 per dolar AS–Rp 16.300 per dolar AS di perdagangan Selasa (9/7). Sedangkan, Lukman memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.225 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News