Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Kalau mata uang Singapura melemah karena laporan ekspor non minyak yang menyusut di Desember, sebagai dampak penurunan permintaan dari China. Yen Jepang pun melemah karena faktor penguatan dolar, ketika komentar hawkish dari Christopher Waller.
Terlebih lagi sikap Bank of Japan (BOJ) yang pekan depan akan bertemu kemungkinan masih pertahankan kebijakan ultra dovish-nya.
“Suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi mata uang Asia, mengingat hal ini mengurangi daya tarik aset-aset berimbal hasil tinggi yang berisiko tinggi. Sentimen masing-masing negara juga mempengaruhi pelemahan mata uang terkait,” imbuh Nanang.
Nanang menilai, gagasan ini telah menekan mata uang regional selama dua tahun terakhir, dan diperkirakan akan tetap berlaku hingga The Fed memberi sinyal waktu untuk penurunan suku bunga.
Sementara itu, menurut Nanang, rupiah bisa terapresiasi kembali jika Fed memangkas suku bunga. Potensi penguatan rupiah hingga berada di bawah Rp 15.600, apabila ada ruang tekanan menuju Rp 15.480 dan Rp 15.360.
Sebaliknya pelemahan bisa terjadi menuju Rp 15.680 dan Rp 15.720, sinyal bahaya bila penutupan di atas Rp 15.720, maka rupiah bisa menuju Rp 15.840.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News