kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dolar AS Melemah, Mata Uang Asia Ini Berpotensi Menguat


Rabu, 22 November 2023 / 07:10 WIB
Dolar AS Melemah, Mata Uang Asia Ini Berpotensi Menguat
ILUSTRASI. Karyawan money changer menunjukan lembar mata uang dolar Amerika Serikat di Jakarta, Kamis (24/8/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) tengah berada dalam tren pelemahan. Berdasarkan data Investing.com, pada Selasa (21/11) pukul 16.31 WIB, indeks dolar AS turun 0,08% ke 103,25. 

Dibandingkan posisi akhir Oktober 2023 yang berada di 106,49, indeks dolar AS sudah merosot 3,04%. Merujuk JISDOR Bank Indonesia, kurs USD-IDR pada Selasa (21/11) sebesar Rp 15.436, melemah 2,89% dibanding akhir Oktober 2023 yang berada di Rp 15.897 per dolar AS. 

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, dolar AS melemah terhadap mata uang rivalitas karena spekulasi bahwa The Fed sudah memasuki fase akhir kenaikan suku bunganya. 

Hal ini tercermin dari serangkaian data ekonomi terbaru yang memperlihatkan angka ketenagakerjaan yang bergerak turun, inflasi melambat, serta sektor jasa dan manufaktur pun mengalami penurunan.

Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis 0,03% ke Rp 15.440 Per Dolar AS, Selasa (21/11)

Tekanan terhadap dolar AS pun datang dari penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yield US Treasuy tenor 10 tahun saat ini berada di 4,396%, mendekati area support di 4,341%. 

Nanang memprediksi, tekanan terhadap dolar AS akan terus berlanjut ketika data ekonomi AS terus bergerak melemah. 

"Terlebih lagi, beberapa katalis dari rivalitas mulai menunjukkan perbaikan, seperti dari Eropa dan Inggris," kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/11). 

Investor di pasar ekuitas pun menyambut baik kabar berakhirnya pengetatan dari The Fed. Hal ini tercermin dari indeks utama di Wall Street yang kompak naik. Pada Senin (20/11), Dow Jones Industrial Average ditutup menguat sebesar 0,58%, S&P 500 naik sebesar 0,74%, dan indeks Nasdaq menguat sebesar 1,13%. 

Nanang menilai, di tengah pelemahan dolar AS, ada mata uang Asia yang menarik dilirik, yakni dolar Singapura (SGD) dan Yen Jepang (JPY). Menurutnya, SGD berpotensi menguat ke area 1,3200 dan 1,3100 per dolar AS, dari level saat ini di 1,3371.

Selain itu, penguatan yang atraktif juga terjadi di nilai tukar JPY yang pulih dari pelemahan terendah dalam satu tahun. Terlebih lagi, beberapa data ekonomi Jepang terbaru menunjukkan hasil positif. 

Pelaku pasar berharap bahwa Bank of Japan (BOJ) akan tetap bersikap ultra-dovish untuk mendukung perekonomian lebih lama. Meskipun langkah ini menjadi pertanda baik untuk ekonomi Jepang, hal ini menunjukkan lebih banyak tekanan pada Yen, yang terpukul oleh keretakan yang semakin besar antara suku bunga lokal dan AS selama setahun terakhir.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,11% ke Rp 15.436 Per Dolar AS, Selasa (21/11)

"Trader juga mengamati intervensi pasar mata uang oleh otoritas Jepang, mengingat JPY mendekati ambang batas yang mendorong intervensi besar tahun lalu," ucap Nanang. 

Nanang memprediksi, kurs JPY akan menguat hingga kembali ke zona 145 per dolar AS, dari level saat ini di 147,73. Sementara indeks dolar AS sendiri diperkirakan akan lanjut melemah mendekati area 100,00- 101,50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×