Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas pada pekan ini berpotensi menunjukkan peningkatan. Berdasarkan Trading Economics, harga emas kembali naik 0,56% ke level US$ 2.346 per ons troi pada Senin (27/5) pukul 10.30 WIB.
Analisis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer menjelaskan bahwa penurunan nilai dolar AS yang diproyeksikan minggu ini menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga emas.
Seperti yang diketahui, selama beberapa minggu terakhir, tren harga emas mengalami perubahan signifikan dari penurunan menuju kenaikan. Fischer menyebutkan bahwa perubahan arah tren ini cenderung akan terus berlanjut, memberikan peluang bagi investor untuk memanfaatkan momentum kenaikan ini.
Baca Juga: SAMF Ungkap Penguatan Dolar AS Tak Berdampak pada Kenaikan Harga Bahan Baku Pupuk
Fischer menyebutkan, sentimen eksternal yang mendukung kenaikan harga emas antara lain adalah ketidakpastian geopolitik yang semakin meningkat, terutama menjelang pemilu AS, konflik di Timur Tengah dan Ukraina, serta ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Menurut dia, salah satu fokus utama geopolitik saat ini adalah situasi di Selat Taiwan. Dengan meningkatnya tekanan dari China terhadap Taiwan, ketidakpastian di kawasan ini menambah dorongan bagi emas sebagai aset lindung nilai.
“Saya juga menggunakan analisis trendline dan candlestick untuk mendukung prediksi kenaikan ini, menunjukkan bahwa indikator teknis juga sejalan dengan proyeksi fundamental,” kata Fischer dalam riset hariannya, Senin (27/5).
Selain itu, Fischer mengatakan bahwa kenaikan harga emas saat ini, juga didukung oleh proyeksi dari UBS, yang baru-baru ini menaikkan target harga emas mereka. UBS memperkirakan harga emas akan mencapai US$ 2.600 per ons troi pada akhir 2024, naik dari target sebelumnya sebesar US$ 2.500 per ons troi.
“Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk melemahnya data ekonomi AS yang menyebabkan repricing ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve,” kata dia.
Baca Juga: Harga Emas Berpotensi Menguat Seiring Proyeksi Pelemahan Dolar AS pada Pekan Ini
Lebih lanjut, Fischer bilang, pada bulan April, data ekonomi AS yang lebih lemah menyebabkan pasar uang memperhitungkan pelonggaran suku bunga sebesar 40 basis poin pada tahun 2024, naik dari 28 basis poin pada akhir April.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong harga emas karena meningkatkan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF), yang secara historis mendukung kenaikan harga emas.
Tak hanya itu, UBS juga meningkatkan perkiraan permintaan bank sentral untuk emas pada tahun 2024 menjadi 950-1.000 metrik ton, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 800-850 metrik ton.
Terlebih, laporan dari World Gold Council yang menunjukkan bahwa adanya rekor pembelian emas pada kuartal pertama sebesar 290 metrik ton, meskipun People's Bank of China baru-baru ini menunjukkan moderasi dalam pembelian.
“Data perdagangan dari Swiss mengindikasikan bahwa pembelian emas oleh RRT terus berlanjut dengan kuat,” kata dia.
Baca Juga: FOREX - Dolar AS Bergerak Stabil di Awal Pekan, Investor Fokus Data Inflasi
Fischer mengatakan bahwa ketidakpastian geopolitik juga diperkirakan akan mendukung harga emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Situasi yang berkembang menjelang pemilu AS, konflik berkelanjutan di Timur Tengah dan Ukraina, serta ketegangan perdagangan antara AS dan RRT menambah faktor positif bagi kenaikan harga emas.
Berdasarkan analisis Fishcer, dalam pandangannya harga emas diperkirakan akan mengalami kenaikan minggu ini, didorong oleh penurunan nilai USD, ketidakpastian geopolitik, dan ekspektasi penurunan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News