Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Peraturan pembatasan kredit dan kenaikan suku bunga acuan tentunya memberikan dampak negatif bagi emiten properti, tak terkecuali PT Intiland Development Tbk (DILD).
Tentunya, manajemen wajib menjaga rasio utangnya sebagai respons atas kondisi makro saat ini. "Tahun ini, rasio utangnya kami jaga maksimal 40%-50%," ujar Archied Notopradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, kepada KONTAN, (11/2).
Dengan kata lain, rasio utang DILD dijaga supaya tidak melebihi angka 0,4 kali hingga 0,5 kali dari ekuitas perusahaan. Pasalnya, rasio utang menjadi salah satu indikator sehat atau tidaknya keuangan perusahaan.
Semakin tinggi rasio utang, semakin sempit ruang gerak ekspansi, atau bahkan bisa membuat sebuah perusahaan bangkrut. Apalagi, risiko seperti itu pasti ada di tengah kondisi makro Indonesia yang membuat permintaan akan properti melambat.
Oleh sebab itu, demi menjaga rasio tersebut, Archied memastikan jika DILD tidak akan mencari pinjaman baru untuk mendanai biaya ekspansinya tahun ini. Manajemen hanya akan memanfaatkan fasilitas kredit yang sudah tersedia (existing) sekitar Rp 700 miliar yang sewaktu-waktu dapat ditarik.
Gambaran saja, hingga kuartal III tahun lalu, DILD memiliki total utang bank Rp 996,33 miliar. Sementara, jika dibandingkan dengan ekuitas DILD sebesar Rp 4,22 triliun, maka rasio utang bersih DILD sekitar 0,24 kali, masih terbilang aman mengingat pada umumnya rasio utang dibatasi maksimal 2 kali.
"Rasio yang kami jaga di level 40%-50% itu juga sudah menggunakan asumsi jika kami menggunakan seluruh fasilitas Rp 700 miliar tersebut," pungkas Archied.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News