Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditopang sentimen penahanan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS/The Fed), pasangan kurs USD/JPY berpotensi melemah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (13/12). Ihwal ini terjadi karena posisi dolar AS diprediksi bakal lebih kuat terhadap yen, Jepang.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (12/12) diketahui pasangan kurs dollar AS dan yen bergerak menguat 0,06% ke level 108,63.
Analis Finnex Berjangka Nanang Wahyudin memperkirakan, pergerakan dollar AS bakal mengalami penguatan terhadap yen, setelah sempat melemah dua sesi perdagangan awal pekan ini.
Ditambah lagi, The Fed dinilai dovish terhadap kebijakan moneternya setelah kemarin malam, Rabu (11/12) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di kisaran 1,5%-1,75% hingga 2020.
Sementara itu, Gedung Putih mengirim sinyal positif ke pasar global terkait perundingan dagang AS dengan China. Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan menunda pengenaan bea masuk tambahan untuk importasi produk dari China yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.
Di samping itu, kabarnya negosiator dari AS dan China sedang membahas rencana untuk menunda kenaikan bea masuk sebesar 15% terhadap produk China yang bernilai US$ 160 miliar tersebut. Itu didukung pernyataan Menteri Pertanian AS Sonny Purdue yang mengungkapkan jika Trump kemungkinan akan menunda bea masuk tambahan.
Di sisi lain, fokus investor sekarang bergeser ke tenggat waktu tarif impor baru China yang menjulang.
Ada juga sentimen terkait pertemuan pertama Gubernur Baru Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde dan penantian hasil pemungutan suara dalam pemilihan Inggris.
Dari Jepang, pergerakan yen diakhir pekan kemungkinan akan dipengaruhi data ekonomi Tankan Survey yang dirilis setiap tiga bulan. "Pasar akan mengetahui bagaimana kondisi sektor manufaktur dan non manufaktur dari hasil survey Tankan," ungkap Nanang kepada Kontan, Kamis (12/12).
Pasar memperkirakan Tankan Manufacturing Index bakal dirilis turun menjadi 3 poin indeks dari sebelumnya 5 poin indeks. Sedangkan untuk Tankan Non Manufacturing Index diperkirakan turun 16 poin.
Secara teknikal, pergerakan USD/JPY berpotensi menguat terbatas, terlihat dari indikator stochastic yang sudah deadcross atau menunjukkan perpotongan ke atas. Meskipun begitu, harga masih di bawah moving13 dan moving 26 dan mengindikasikan harga sulit untuk kembali ke kisaran 109, ditambah lagi MACD masih berada di zona netral.
Untuk perdagangan Jumat (13/12) Nanang merekomendasikan sell pada pasangan kurs USD/JPY dengan kisaran harga resistance 109,57; 109,19; dan 108,88. Sedangkan untuk level support berada di kisaran 108,26; 107,92; dan 107,58.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News